Jumat, Juli 22, 2011

DASAR HUKUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi baik barang maupun jasa.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga & tidak diharapkan yang terjadi pada waktu bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Tujuan Keselamatan Kerja

Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1.Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup & meningkatan produksi & produktivitas nasional.

2.Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3.Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien
Kerugian-Kerugian yang disebabkan Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:

1.Kerusakan
Kerusakan karena kecelakaan kerja antara lain bagian mesin, pesawat alat kerja, bahan, proses, tempat, & lingkungan kerja.

2.Kekacauan Organisasi
Dari kerusakan kecelakaan itu, terjadilah kekacauan dai dalam organisasi dalam proses produksi.

3.Keluhan & Kesedihan
Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan mengeluh & menderita, sedangkan kelurga & kawan-kawan sekerja akan bersedih.

4.Kelainan & Cacat
Selain akan mengakibatkan kesedihan hati, kecelakaan juga akan mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh bahkan cacat.

5.Kematian
Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa orang & berakibat kematian.
Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung & biaya tersembunyi.
Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi cacat & biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan.
Sedangkan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi.

Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab antara lain:

1.Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts)

2 Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)
Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:

1.Peraturan perundangan
yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perwatan & pemeliharaan, pengwasan, pengujian, & cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha & buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, & pemeriksaan kesehatan.

2.Standarisasi
yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati atau tak resmi mengenai misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan & hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas & debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan & desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat & peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis
yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis & patologis faktor-faktor lingkungan & teknologis, & keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

DASAR HUKUM

* UU no.13/2003
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a.Keselamatan & kesehatan kerja
b.Moral & kesusilaan
c.Perlakuan yang sesuai dengan harkat & martabat manusia
d.untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3.

2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2) dilaksanakn sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
* UU no.14/1969
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas:
1.Keselamatan
2.Kesehatan
3.kesusilaan
4.pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia & moral agama

Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi :
1.Norma keselamatan kerja
2.Norma kesehatan kerja
3.Norma kerja
4.Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja

* UU no.1/1970
1.Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat & selamat.
2.Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman & efisien.
3.Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan.

* UU no.3/1992
1.Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja & pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
2.Jaminan kecelakaan kerja
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja meliputi:
1.Biaya pengangkutan.
2.Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
3.Biaya rehabilitasi.
4.Santunan berupa uang meliputi :
a.Santunan sementara tidak mampu bekerja.
b.Santunan cacat sebagian untuk selamanya.
c.Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental.
d.Santunan kematian

MANFAAT MENCUCI TANGAN

Hingga saat ini, mungkin barangkali sebagian dari kita masih belum menyadari bahwa ternyata tangan kita merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia.
Proses kontak dengan kuman dapat terjadi di mana saja, melalui meja, gagang pintu, peralatan kerja, trolly di Supermarket atau Mall , pegangan eskalator dan sebagainya. Penelitian bahkan menyebutkan bahwa keyboard komputer di perkantoran dan gagang telepon mengandung lebih banyak kuman dari pada di toilet.
Oleh sebab itu sangatlah penting bagi kita untuk mencuci tangan dengan cara yang benar , karena kita berkontak dengan jutaan kuman setiap harinya. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi untuk membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan berguna untuk memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas, sendok).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan.
Beberapa Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun yaitu :
1.Diare

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita. Beberapa penelitian kesehatan menyatakan bahwa mencuuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor.

2.Infeksi saluran pernafasan

adalah penyebab kematian manusia terutama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktek-praktek menjaga kesehatan dan kebersihan seperti - mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil - dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25 persen. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 persen.

3.Infeksi cacin

infeksi mata dan penyakit kulit, Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
Mengingat besarnya manfaat mencuci tangan dengan sabun , PBB melalui Badan Kesehatan Dunia kemudian mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia. Ada puluhan negara di dunia yang aktif berpartisipasi dalam hal ini, salah satu diantaranya adalah negara kita Indonesia.

Berikut di bawah ini beberapa langkah yang dapat diterapkan untuk mencuci tangan dengan cara yang benar :
1.Nyalakan keran, lebih diutamakan untuk menggunakan air yang tidak terlalu dingin atau air hangat yang mengalir
2.Gunakan sabun cuci tangan cair (lebih diutamakan daripada sabun batangan)
3.Gosokkan kedua tangan baik telapak maupun punggung tangan, sela jari, dan kuku selama 20 detik
4.Pastikan Anda membersihkan seluruh tangan terutama pada daerah sekitar kuku dan sela jari
5.Basuh kedua tangan sampai bersih dengan air keran
6.Keringkan tangan dengan handuk tissue atau pengering tangan electrik otomatis.

Kamis, Juni 30, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIV/AIDS

1.DEFENISI
AIDS adalah suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan).
Kasus AIDS yang terjadi pada anak pertama kali di temukan pada tahun 1982, sekitar bulan September 1992, jumlah kasus anak telah tercatat sebanyak 4051 dan jumlah ini semakin meningkat setiap tahunnya.

2.ETIOLOGI
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
-Pemakaian obat oleh ibunya
-Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
-Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi
Anak-anak (mereka yang berusia < 13 tahun) biasanya mendapatkan penyakit ini pada saat persalinan, tranfusi dan penatalaksanaan hemofilia. Pada bulan Desember 1989, presentase rata-rata cara penularan diatas berturut-turut sebesar 83%, 9% dan 5%, sisanya 3% tidak diketahui penyebabnya. Selain itu anak-anak memndapatkan mungkin juga terkena infeksi HIV melalui tindakan sexual termasuk pemerkosaan. Tiga cara tranfusi dari ibu keanaknya terjadi melalui plasenta, kontak didarah ibu pada saat persalinan, dan ASI, seksio caesarea tidak dapat mencegah terjadinya infeksi saat persalinan.

3.MANIFESTASI KLINIS
Pada anak-anak gejala yang timbul sangat bervariasi, tergantung dari usia saat anak mulai terkena. Anak-anak terkena AIDS juga sangat peka terhadap terjadinya infeksi kondidiasis oral, diare, infeksi pernafasan, demam yang tak dapat diketahui dan perkembangan yang terhambat. Pada balita biasanya gejala dapat berupa parotitis, limfa denopati umum, infeksi bakteri berulang, penyakit neurologi atau abnormalitas perkembangan. Pada anak lebih besar gejala yang timbul antara lain kegagalan perkembangan, hepatosplenomegali, pneumonia interstisial kronik, atau kombinasi penyakit-penyakit lain.

4.PATOFISIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus HIV, jadi virus HIV yang menjangkit ketubuh sehingga anak menjadi sakit, setelah terjangkit HIV, masih diperlukan bertahun-tahun agar dapat berkembang menjadi AIDS, tergantung daya tahan tubuh.
AIDS muncul, setelah daya tahan tubuh, yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit, runtuh oleh virus HIV, yaitu dihancurnya sel-sel lifosit T (Sl-T), karena kekurangan Sel-T, aka anak mudah sakit, terserang infeksi dan penyakit lain, kanker sekalipun. Jadi bukan AIDS yang menyebabkan kematian anak, tapi ma\elainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.

5.KOMPLIKASI
Komplikasi pada paru-paru yang sering terjadi adalah pneumonia Pneumaeytysis Cariis (PPC), Pneumonia Interstitial Limfoid, TB Paru dan virus kinstial pernafasan, seperti halnya pada orang dewasa, PPC merupakan indikator AIDS yang utama.

6.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Himpofenisia T4 (helper) disertai penurunan jumlah linfosit T4 absolut dan ratio perbandingan T4 : T8 yang terbalik merupakan tanda utama adanya infeksi HIV. Walaupun begitu anak-anak terinfeksi HIV bisasaja mempunyai nilai hitung T4 yaitu normal, sel-sel B bisa juga menunjukkan perubahan; biasanya terjadi hipergamaglebulinemia, tetapi mungkin juga terjadi kebalikannya.
Pemeriksaan laboratorium biasanya terbagi 3 yaitu :
-Pembuktian adanya antibody atau antigen
-Pemeriksaan status imunitas
-Pemeriksaan terhadap infeksi apertunistik dan keganasan

7.PENTALAKSANAAN
a). Pengobatan
Pengobatan zidovadin untuk anak diberikan dosis umum melalui oral adalah 180 h/m2 1 x 6 jam atau 4 x/hari.
b). Imunisasi.

8.DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN ANAK
a.Aktivitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi terhadap aktivitas kurang, lelah / malaise, perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, frekuensi jantung, pernafasan.
b. Sirkulasi
Gejala : Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia), perdarahan lama bila ada cedera.
Tanda : Takikardi, perubahan TD postural, menurunnya nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas Ego
Gejala : Berat badan menurun, leci cacat.
Tanda : Menangis, takut, kontak mata kurang.
d. Eliminasi
Gejala : Diare kronik / intermiten, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : Feces encer atau tanpa disertai dengan mokus atau darah, nyeri tekan abdomen, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urine.
e. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan, mual / muntah, infagia, penurunan BB yang cepat / progresif.
Tanda : Adanya bising usus hiperaktif, penurunan BB, badan kurus, menurunnya lemak subkuan / massa otot, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi kurang / gusi yang buruk, gigi yang tanggal, parotitis.
f. Higine
Tanda : Penampilan kusut.
g. Neurosensori
Gejala : Pusing-pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kegagalan perkembangan intelektual, kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada ekstremitas.
Tanda : Perubahan status mental, apatis, retardasi, psikomator / respons melambat, refleks tidak normal, menurunya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.
h. Nyeri / Keamanan
Gejala : Nyeri umum / lokal, sakit, menangis, sakit kepala, demam.
Tanda : Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan, gerak melindungi bagian yang sakit, badan panas.
i. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek yang progresif, batuk, bendungan atau sesak pada dada.
Tanda : distres pernafasan, takipnea, perubahan bunyi nafas (adventisius), sputum).
j. Keamanan
Gejala : Demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Rektum kuku-kuku perianal / abses, timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfa (leher, axila, paha), badan lemah, tekanan otot lemah, perubahan gaya berjalan.
k. Imunisasi
Imunisasi tidak lengkap / tidak pernah imunisasi.
l. Riwayat Orang Tua
Riwayat ibu terinfeksi HIV – Positif, kebiasaan konsumsi obat-obatan narkotik melalui intravena, seks bebas.

9.DIAGNOSA KEPERAWATAN
-Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan sistem imun yang didapat, respon dan inflamasi tertekan, prosedur invasif, malnutrisi, penyakit kronis (infeksi).
-Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan, diare, diaforesis, muntah, pembatasan pemasukan : Anoreksia, mual, alergi, status hipermetabolisme : demam.
-Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi ventilasi (PCP / pneumonia interstisial, anemia).
-Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, ketidakmampuan mencerna, mual/muntah, diare, gangguan interstisial, ditandai dengan BB menurun, penurunan lemak subcutan/massa otot, anoreksia, perubahan indra pengecap, bising usus hiperaktif, diare, puratitis.
-Nyeri : Akut / kronis berhubungan dengan inflamasi / kerusakan jaringan : infeksi, lesi kutaneus internal / exsternal,ekskroisasi rektal, nekrosis, ditandai dengan ada rasa nyeri, gerak melindungi bagian yang sakit, perubahan pada denyut nadi : kejang otot, anoreksia, lemah otot, parestesis, paralisis, menangis, gelisah, badan panas.
-Resiko tinggi / aktual terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Aktual : Defisit imunologis, resti : penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi, malnutrisi, perubahan status metabolisme. Ditandai dengan lesi kulit, ulserasi, fermasi, ulkus dekubitus (aktual).
-Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab patogen, (misal candida, herpes, ks), kesehatan oral tidak efektif ditandai dengan lsi ulkus terbuka, vertikal, rasa sakit / tidak nyaman pada bagian oral, stomatitis : leukoplakia, gingivitis dan karies gigi.
-Kelemahan berhubungan dengan perubahan produksi energi metabolisme, peningkatan kebutuhan energi ditandai denga mudah lelah, intoleransi aktivitas, lemah / malaise, otot lemah, menurun massa otot.
-Resiko tinggi terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pngasingan dari orang terdekat / orang tua, ketidak adekuatan perawatan, respons pengasuh tidak konsisten, tidak adanya dukungan orang tua.
-Kurang pengetahuan orang tua mengenai kondisi pregnosis, dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber dan kurang mengingat ditandai dengan meminta informasi, pernyataan salah konsepsi, ketidak adekuatan mngikuti intraksi.

10.RENCANA KEPERAWATAN
Dx 1: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitas yang tdk terorganisir
Tujuan : Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk purulent)
Tindakan :
a.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
R/.Resiko cros infeksi dpt melalui prosedur yang dilakukan
b.Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup.
R/.Lingkungan yang kotor akan meningkatkan pertumbuhan kuman pathogen
c.Informasikan perlunya tindakan isolasi.
R/.Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiaknya kuman pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsung dgn kuman pathogen.
d.Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.
R/.Peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder.
e.Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan karakterostik sputum.
f.Observasi kulit/membrane mucosa kemungkinan adanya lesi/perubahan warna bersihkan kuku setiap hari.
R/Luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka.
g.Perhatikan adanya tanda-tanda adanya inflamasi.
R/Panas kemerahan pembengkakan merupakan tanda adanya infeksi.
h.Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri.
R/Tindakan prosuder dapat menyebabkan perlukaan pada permukaan kulit.

Dx 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.
Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat
Tindakan :
a.Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang.
R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun menunjukkan adanya dehidrasi.
b.Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat, pertahankan pakaian tetap kering, kenyamanan suhu lingkungan.
R/Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme.
c.Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.
d.Timbang BB setiap hari.
R/.penurunan BB menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh.
e.Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr.
R/Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mucosa.
f.Berikan maknan yang mudah dicerna dan tdk merangsang.
R/Peningkatan peristaltic menyebabkan penyerapan cairan pada dinding usus akan kurang.

Dx 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.
Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.
Tindakan:
a.Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.
R/Lesi pada mulut, esophagus dpt menyebabkan disfagia.
b.Auskultasi bising usus.
R/Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan menurunkan tingkat penyerapan usus.
c.Timbang BB setiap hari.
R/BB sebagai indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat hindari adanya stimulus leingkungan yang berlebihan.
d.Berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol.
R/Pengeringan mucosa, lesi pd mulut dan bau mulut akan menurunkan nafsu makan.
e.Rencanakan makan bersama keluarga/org terdekat. Barikan makan sesuai keinginannya (bila tdk ada kontraindidkasi).
R/sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volume sedikit dan dorong klien untuk duduk saat makan.

Dx.4.Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.
Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif
Tindakan:
a.Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan nafas/peningkatan sekresi.
b.Catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas dan penggunaan otot asesoris.
c.Berikan posisi semi fowler.
d.Lakukan section bila terjadi retensi sekresi jalan nafas

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN NEUROBLASTOMA

A. DEFINISI
Neuroblastoma berasal dari embrionyc neural crest dan kelenjar adrenal merupakan tempat yang sering terkena, tumor ini mempunyai keganasan yang tinggi pada bayi dan anak. Biasanya di temukan pada anak usia 2-4 tahun (prof. DR Iskandar W, 1985).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada system persarafan yang berasal dari sel-sel saraf yang terdapat paa medula adrenal dan system saraf simpatik (Sumadi. 2001).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada sistem persarafan yang berasal dari sel – sel saraf yang terdapat pada sistem saraf simpatis dan medula adrenal.

B. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui. Mungkin berhubungan dengan faktor keturunan karena pada sel-sel tumor ditemukan kelainan genetik tertentu.

C. PATOFISIOLOGI
Sel-sel kanker yang berasal dari medula adrenal dan system saraf simpatik berploriferasi,menekan jaringan sekitarnya, kemudian menginfasi sel-sel normal disekitarnya.
Tahap-tahap pada neuroblastoma:
•Tahap I : tumor terlokalisasi pada daerah asal tumor, nodus limfe belum terkna
•Tahap II : tumor unilateral, nodus limfe belumterkena
•Tahap III : tumor menginfiltrasi kearaah tengah, tumor unilateral dengan terkenanya nodus limfe, tumor mengenai seluruh nodus limfe.
•Tahap IV : tumor menginvasi nodus limfelebih jauh, mengenai tulang sumsum tulang, hati dan organ lain.
•Tahap IV-S : tumor dengan cirri tahap I atau II tetapi dngan metastase pada hati, sumsum tulang atau kulit.simpatis
Neuroblastoma berasal dari sel Krista neuralis system saraf dan karena itu dapat timbul dimanapun dari fossa kranialis sampai koksik. Secara histologis, Neuroblastoma terdiri atas sel bulat kecil dengan granula yang banyak

D.MANIFESTASI KLINIS
Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh. Kanker ini berasal dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis (bagian dari sistem saraf yang mengatur fungsi tubuh involunter/diluar kehendak, dengan cara meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang hormon tertentu).
Gejalanya tergantung kepada asal tumor dan luas penyebarannya.
Gejala awal biasanya berupa perut yang membesar, perut terasa penuh dan nyeri perut. Gejalanya juga bisa berhubungan dengan penyebaran tumor:
1.Kanker yang telah menyebar ke tulang akan menyebabkan nyeri tulang.
2.Kanker yang telah menyebar ke sumsum tulang menyebabkan:
-Berkurangnya jumlah sel darah merah sehingga terjadi anemia
-Berkurangnya jumlah trombosit sehingga anak mudah mengalami memar berkurangnya jumlah sel darah putih sehingga anak rentan terhadap infeksi
3.Kanker yang telah menyebar ke kulit bisa menyebabkan terbentuknya benjolan- benjolan di kulit
4.Kanker yang telah menyebar ke paru-paru bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
5.Kanker yang telah menyebar ke korda spinalis bisa menyebabkan kelemahan pada lengan dan tungkai.
Sekitar 90% neuroblastoma menghasilkan hormon (misalnya epinefrin, yang dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan terjadinya kecemasan).Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
-Kulitnya pucat
-Di sekeliling mata tampak lingkaran hitam
-Kelelahan menahun, kelelahan yang berlebihan berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
-Diare
-Rasa tidak enak badan (malaise) berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
-Keringat berlebihan
-Gerakan mata yang tak terkendali
-Rewel.

Neuroblasma mempunyai memtestasi bermacam-macam tergantung pada lokasi T-primer dan metastasenya:
- Perut: akibat adanya massa, tidak nyeri, massanya ireguler dan padat, melewati garis tengah pada tubuh.
- Hati: pembesaran hati, sering terjadi pendarahan, pasien tampak pucat akibat anemi.
-Tulang Kranium: nyeri dan osteoporosis, sumsum tulang dapat menghentikan produksi sel-sel darah dan menimbulkan pansitopenea, petechi, ekimosis, terkadang terjadi diare kronik yang merupakan mamtestasiawal dari neuroblasmatoma hipertensi ditemukan pada 25% kasus.

E. KOMPLIKASI
1.Metastase
2.Prognosis buruk

F.PEMERIKSAAN FISIK
1.CT scan untuk mengetahui keadaan tulang pada tengkorak, leher, dada, dan abdomen.
2.Punksi sumsum tulang untuk mengetahui lokasi tumor atau metastase tumor.
3. Analisa urine untuk mengetahui adanya vanillylmandelic aci (VMA). Homovillic acid (HVA), dapomine, norepinephrin.
4.Analisa kromosom untuk mengetahui adanya gen N-myc
5.Meninngkatkan ferritin, neuron-specific enolase (NSE), gangnoside (GD2)

G.PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemeriksaan Penunjang.
- Lab ~ LED
- Analisa urin untuk mengetahui adanya vanillymandelic acid (UMA) homovillic acid (HUA),dopamine, norepinephrine.
- Analileurumosum untuk mengatahui adanya gen N-nya.
- Ct-scan untukmengetahui keadaan tulang pada tengkorak,leher dada dan abdomen.
- Fungsi sumsum tulang untuk mengatahui lokasi tumor atau metastase tumor.
- Meningkatnya fetritin, Neuron-Spesific Enolose(NSE), Ganglioside (GD2)
- Radiologis
* Foto thoraks.
* Foto polos abdomen.
* Pielografi intravena.
* Reno ateriogram.

G.PENANGANAN
Adapun penanganannya antara lain adalah:
1.Pengobatan
Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada lokasi, penyebaran dan usia penderita. Jika kanker belum menyebar, biasanya diangkat melalui pembedahan.
Jika kanker berukuran besar atau telah menyebar, diberikan kemoterapi (obat anti-kanker vincristine, siklofosfamid, doksorubisin dan cisplastin) atau terapi penyinaran. Pemberian vitamin B12 dosis tinggi ada baiknya, walaupun belum diketahui pasti kegunaannya.
2.Terapi Pengobatan.
- Pembedahan pada saat perkembangan tumor pada tahap I dan II.
- Radioterapi pada saat tumor berada pada tahap III.
- Kemoterapi dapat dilakukan baik pada tumor pada tahap awal maupun tahap lanjut.
Obat-obatan pilihan diantaranya adalah vincristin, doxotuban, cyclophosphamide, adriamycia, crsplatia

H.FOKUS PENGKAJIAN
- Pemeriksaan fisik
- Riwayat penyakit
- Kaji adanya rasa nyeri, demam, kelemahan, berat badan menurun, anemia.
- Kaji adanya masa diabdomen, inkontinensia atau retensi urin, ekimosis pada supsaorbital, exoptalmus, paralysis akibat kompresi pada saraf spinal.

I.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Risiko injury berhubungan dengan mengganasnya tumor, proliferasi sel, dan dampak pengobatan.
2.Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh
3.Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
4.Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pemeriksaan diagnostic, efek fisiologi neoplasma.

J.INTERVENSI
1.Risiko injury berhubungan dengan mengganasnya tumor, proliferasi sel, dan dampak pengobatan.
Tujuan: Mempertahankan kemoterapi
Kriteria hasil: Anak akan sembuh dari penyakit baik secara sebagian maupun secara keseluruhan dan anak tidak akan mengalami komplikasi dari kemoterapi

Perencanaan
a.Memberikan kemoterapi sesuai dengan anjuran
b.Siapkan anak dan keluarga apabila akan dilakukan pembedahan
c.Observasi tanda-tanda cystitis
d.Membantu anak dalam program radioterapi
2.Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh
Tujuan: Meningkatkan system pertahanan tubuh.
Kriteria hasil: Anak tidak akan memperlihatkan gejala-gejala infeksi


Perencanaan
a.Memberikan vaksinasi dari virus yang tidak diaktifkan (misalnya varicella, polio salk, influenza)
b.Kolaborasi untuk pemberian obat
c.Menggunakan teknik aseptic untuk seluruh prosedur invasive

3.Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan: Mengurangi mual dan muntah.
Kriteria hasil: Anak tidak akan mengalami mual atau muntah.
Perencanaan
a.Kolaborasi untuk pemberian cairan infuse untuk mempertahankan hidrasi.
b.Menghindari memberikan makanan yang memiliki aroma yang merangsang mual atau muntah.
c.Menganjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering.

4.Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pemeriksaan diagnostic, efek fisiologi neoplasma.
Tujuan: Mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil: Anak tidak akan mengalami rasa nyeri atau nyeri dapat berkurang.
Perencanaan
a.Memberikan teknik untuk mengurangi rasa nyeri nonfarmakologi.
b.Kaji adanya kebutuhan klien untuk mengurangi rasa nyeri
c.Evalasi efektivitas terapi pengurangan rasa nyeri secara teratur untuk mencegah timbulnya nyeri yang berulang.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN NEFROTIK SYNDROM

A.KONSEP DASAR

1.Pengertian
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus. (Luckmans, 1996 : 953).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. (Ngastiyah, 1997).

2.Etiologi
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:

1.Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.

2.Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
1.Malaria kuartana atau parasit lain.
2.Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
3.Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis.
4.Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa.
5.Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.
2.Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal,nefropati membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis fokal segmental.

3.Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik adalah:
1.Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.
2.Proteinuria dan albuminemia.
3.Hipoproteinemi dan albuminemia.
4.Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
5.Lipid uria.
6.Mual, anoreksia, diare.
7.Anemia, pasien mengalami edema paru.

4.Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
1.Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
2.Sindrom Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3.Sindrom Nefrotik Kongenital
Factor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialysis.

5.Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilannya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Husein A Latas, 2002 : 383).
Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia, pada umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5 gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi tetapi kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik/ osmotic intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus keruang intertisial, hal ini disebabkan oleh karena hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang intertisial menyebabkan edema yang diakibatkan pergeseran cairan. (Silvia A Price, 1995: 833).
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume darah arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif, sehingga mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini mengaktifkan system rennin angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh darah dan juga akan mengakibatkan rangsangan pada reseptor volume atrium yang akan merangsang peningkatan aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium ditubulus distal dan merangsang pelepasan hormone anti diuretic yang meningkatkan reabsorbsi air dalam duktus kolektifus. Hal ini mengakibatkan peningkatan volume plasma tetapi karena onkotik plasma berkurang natrium dan air yang direabsorbsi akan memperberat edema. (Husein A Latas, 2002: 383).
Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan anti diuretic hormone akan mengaktifasi terjadinya hipertensi. Pada sindrom nefrotik kadar kolesterol, trigliserid, dan lipoprotein serum meningkat yang disebabkan oleh hipoproteinemia yang merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, dan terjadinya katabolisme lemak yang menurun karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma. Hal ini dapat menyebabkan arteriosclerosis. (Husein A Latas, 2002: 383)

7.Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium
1.Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.
2.Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fsfat dan magnesium meningkat. Albumin
2.Biosi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa.

8.Penatalaksanan
1.Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.
2.Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat.
3.Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak menimbulkan kontriksi, hindarkan menggosok kulit.
4.Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
5.Kemoterapi:
•Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis, ulkus peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan hipertensi.
•Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat cairan berlebihan, misalnya obat-abatan spironolakton dan sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid.
1.Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri abdomen dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan infus plasma intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.
2.Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan siklofosfamid.
3.Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
4.Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali tergangu dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang berta pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka mereka dapat mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka karena mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumahn sakit.


II.ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya peningkatan berat badan dan kegagalan fungsi ginjal.
Observasi adanya manifestasi dari Sindrom nefrotik : Kenaikan berat badan, edema, bengkak pada wajah ( khususnya di sekitar mata yang timbul pada saat bangun pagi , berkurang di siang hari ), pembengkakan abdomen (asites), kesulitan nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudah lelah, perubahan pada urin ( peningkatan volum, urin berbusa ).
Pengkajian diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah merah, analisa darah untuk serum protein ( total albumin/globulin ratio, kolesterol ) jumlah darah, serum sodium.


2.Prioritas Diagnosa Keperawatan
•Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma. ( Wong, Donna L, 2004 : 550)
•Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.(Doengoes, 2000: 177)
•Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. (Carpenito,1999: 204)
•Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif (Carpenito, 1999:204).
•Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550)
•Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.(Wong,Donna,2004:550)
•Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong, Donna, 2004:553).

•Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi.
3.Intervensi
1. Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma.
Tujuan: tidak terjadi akumulasi cairan dan dapat mempertahankan keseimbangan intake dan output.
Kriteria Hasil : menunjukkan keseimbangan dan haluaran, tidak terjadi peningkatan berat badan, tidak terjadi edema.

Intervensi:
•Pantau, ukur dan catat intake dan output cairan
•Observasi perubahan edema
•Batasi intake garam
•Ukur lingkar perut
•timbang berat badan setiap hari
2.Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.
Tujuan: Pola nafas adekuat
Kriteria Hasil : frekuensi dan kedalaman nafas dalam batas normal

Intervensi:
1.auskultasi bidang paru
2.pantau adanya gangguan bunyi nafas
3.berikan posisi semi fowler
4.observasi tanda-tanda vital
5.kolaborasi pemberian obat diuretic
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil: tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang adekuat, mempertahankan berat badan

Intervensi:
1.tanyakan makanan kesukaan pasien
2.anjurkan keluarga untuk mrndampingi anak pada saat makan
3.pantau adanya mual dan muntah
4.bantu pasien untuk makan
5.berikan makanan sedikit tapi sering
6.berikan informasi pada keluarga tentang diet klien
4.Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif.

Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil: tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vitl dalam batas normal, leukosit dalam batas normal.

Intervensi:
1.cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
2.pantau adanya tanda-tanda infeksi
3.lakukan perawatan pada daerah yang dilakukan prosedur invasif
4.anjurkan keluarga untuk mrnjaga kebersihan pasien
5.kolaborasi pemberian antibiotik

5.Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan
Tujuan : pasien dapat mentolerir aktivitas dan mrnghemat energi
Kriteria Hasil: menunjukkan kemampuan aktivitas sesuai dengan kemampuan, mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi:
1.pantau tingkat kemampuan pasien dalan beraktivitas
2.rencanakan dan sediakan aktivitas secara bertahap
3.anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
4.berikan informasi pentingnya aktivitas bagi pasien

6.Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas
Tujuan: tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil: integritas kulit terpelihara, tidak terjadi kerusakan kulit

Intervensi:
1.inspeksi seluruh permukaan kulit dari kerusakan kulit dan iritasi
2.berikan bedak/ talk untuk melindungi kulit
3.ubah posisi tidur setiap 4 jam
4.gunakan alas yang lunak untuk mengurangi penekanan pada kulit.

7.Gangguan body image b.d. perubahan penampilan.
Tujuan: tidak terjadi gangguan boby image
Kriteria Hasil: menytakan penerimaan situasi diri, memasukkan perubahan konsep diri tanpa harga diri negatif

Intervensi:
1.gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya
2.dukung sosialisasi dengan orang-orang yang tidak terkena infeksi
3.berikan umpan balik posotif terhadap perasaan anak

8.Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi.
Tujuan: tidak terjadi diare
Kriteria Hasil : pola fungsi usus normal, mengeluarkan feses lunak

Intervensi:
1.observasi frekuensi, karakteristik dan warna feses
2.identifikasi makanan yang menyebabkan diare pada pasien
3.berikan makanan yang mudah diserap dan tinggi serap.

ANEMIA SEL SABIT

1. Definisi

Animia sel sabit adalah jenis anemia konginetal dimana banyak sel darah merah berbentuk menyerupai sabit.

2. Etiologi

- Hemglobin S

- Pembawaan sifat/ keturunan

3. Tanda dan Gejal

- Pucat

- Lemah

- Ikterus

4. Patofisiologi

Proses pembentukan sel sabit terjadi pada tekanan oksigen rendah dan terutama pada PH rendah. Hemoglobin S kurang melarut pada betuk deoxygenated sehingga viskositas darah naik dan menagakibatkan statis serta obstruksi aliran darah dalam sistem kapler, arteriol termminal dan pembuluh darah.

5. Penatalaksanaan

- Pengobatan simpatomatik

- Trasfusi sel darah merah

- Rehidrasi

- Pemberian obat-obatan analgesik

ANEMIA APLASTIK

DEFINISI

Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh berkurangnya sel darah tepi (leukopeni, trombositopeni) sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoitik dalam sum-sum tulang.

Dasar Diagnosis

Anamnesis :

• Panas, pucat, lemah, lesu

• Perdarahan (purpura, petekie, epistaksis, perdarahan gusi atau salurancerna, dll)

• Riwayat minum obat-obatan dan radiasi

• Riwayat kehamilan, kongenital.

Pemeriksaan Fisik :

• Pucat, ikterik, sesak

• Tidak ada pembesaran organ

• Bising jantung (+)

• Rumple leed +/-

Laboratorium :

• Gambaran sel darah tepi ditemukan trias : anemi, lekopeni, trombositopeni ; (pansitopeni)

• Waktu pembekuan memanjang; waktu perdarahan normal/memanjang

• Gambaran sumsum tulang :

o Banyak ditemukan jaringan ikat

o Hiposelular/aseluler sumsum tulang

o Aplasia sistem eritropoetik, granulopoitik, trombopoitik.


Pada kasus ini diagnosis anemia aplastik ditegakkan berdasarkan :

• Anamnesis : pucat, lesu, perdarahan gusi

• Px. Fisik : pucat, tidak ada pembesaran organ, rumple leed (+)

• Laboratorium : Pansitopeni, normositik normokrom.


Penatalaksanaan

• Istirahat

• Diet dengan gizi seimbang

• Transfusi (Packed Red Cell) PRC

• Androgen : Dihidrotestosteron 1-2 mg/kgBB/hari atau Metandrostenolon (Dianabol) 0,25-0,5 mg/kgBB. Bila dalam waktu 4 bulan tidak ada respon, pengobatan dihentikan.

• Kortikosteroid : Prednison 2-5 mg/kgBB/hari peroral atau Metilprednisolon 20 mg/kgBB/hari selam seminggu.

Pada kasus ini, penatalaksanaan meliputi :

Non medikamentosa :

Istirahat untuk menghindari trauma dan mencegah perdarahan

Diit lunak 3x1 ; @ (1100 Kkal dan protein 24 gram)

Monitor KU, vital sign dan tanda-tanda perdarahan

Medikamentosa :

Transfusi PRC 2x500 cc, merupakan terapi supportif

Dihidro testosteron 3x12mg , merupakan terapi kausatif yang dapat meningkatkan aktifitas eritropoetik.

Prednison 3x 24 mg, dapat meningkatkan kecepatan pematangan usia tulang yang terangsang oleh androgen, juga meningkatkan resistensi kapiler.


A N E M I A

Anemia adalah ketidakseimbangan pembentukan dan perusakan sel-sel darah merah. Ketidakseimbangan tersebut disebabkan oleh:

1. Berkurangnya atau gangguan pembentukan sel darah merah.

2. Pemecahan sel-sel darah merah atau kehulangan darah.

3. Pemecahan sel-sel darah merah atau kehilangan darah.

Anemia merupakan penyakit yang dapat dialami oleh segala usia. Anemia dapat terjadi saat kelahiran, sebagai catat genitik, pada kesalahan pengaturan gizi seperti kekurangan zat besi, atau pada keadaan kehilangan darah berlebihan

Anemia terbagi atas beberapa macam yaitu

1. Anemia Pernisiosa

2. Anemia Defisit Besi

3. Anemia Hemolitik

4. nemia Sel Sabit

5. Anemia Aplastik


Anemia Pernisiosa

1. Definisi

Anemia pernisiosa adalah anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang yang besar terjadi akibat gangguan maturasi inti sel


2. Etiologi

- Defisiensi vitamin B12

- Defisiensi asam folat

- Gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat

- Gangguan sintesis DNA


3. Tanda dan Gejala

- Ikterus

- Pucat, lemah

- Glositis

- Purpura tromositopenik

- Neoropati

4. Patofisiologi

Anemia terjadi akibat gangguan maturasi inti sel akibat gangguan sintesis DNA sel-sel eritroblas. Defisienasi asam folat akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas. Defesiensi vitamin B12 yang berguna dalam reaksi metilasi homosisten menjadi metionin dan reaksi ini berperan dalam

mengubah metil THF menjadi DHF yang berperan dalam sintesis DNA dan akan mengganggu maturasi inti sel dengan akibat terjadinya megaloblas.

5. Penatalaksanaan

- Untuk defisiensi B12

1. Diberikan viatamin B12 100-1000 μg/ hari selama 2 minggu selanjutnya 100-100 μg / bulan

2. Transfusi darah

- Untuk defisiensi asam folat

Diberikan asam folat 1-5 mg /hari secara oral selama 1-5 minggu

Kamis, Mei 26, 2011

Visi Misi dan Strategi Indonesia 2009-2014

Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil-wakil Partai Politik dan DPD yang anggota-anggotanya mewakili provinsi yang ada di Indonesia. Setiap daerah diwakili oleh 4 orang yang dipilih langsung oleh rakyat di daerahnya masing-masing.
Pemerintah republik Indonesia berkewajiban melaksanakan pembangunan di segala bidang untuk menciptakan tata kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera. Cita-cita dan tujuan Indonesia merdeka sebagaimana amanat dalam Pembukaan UUD 1945 telah dirumuskan oleh pemerintah dalam visi, misi, dan strategi. Berikut visi, misi, dan strategi Indonesia 2009-2014 sebagaimana dimuat pada portal RI http://www.indonesia.go.id.

Visi
Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.

Misi
•Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera.
•Memperkuat Pilar-pilar Demokrasi.
•Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.

Visi dan misi pemerintah 2009-2014 dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program aksi prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Program aksi di bawah ini dipandang mampu menjawab sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang.

Prioritas 1: Program Aksi Bidang Pendidikan

1.Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.

2.Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA.

3.Perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif, inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras

4.Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa, mampu menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu menularkan kualitas intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus berkembang kepada anak didiknya.

5.Memperbaiki renumerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan penghasilan kepada guru, dosen, dan para peneliti.

6.Memperluas penerapan dari kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan.

7.Mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid) dalam menciptakan kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan tantangan jaman saat ini dan kedepan.

8.Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal.
Prioritas

2: Program Aksi Bidang Kesehatan

1.Menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaa program jaminan kesehatan masyarakat baik dari segi kualitas pelayanan, akses pelayanan, akuntabilitas anggaran, dan penataan administrasi yang transparan dan bersih.

2.Mendorong upaya pembuatan obat dan produk farmasi lain yang terjangkau dengan tanpa mengabaikan masalah kualitas dan keamanan obat seperti yang telah dilakukan selama tiga tahun terakhir.

3.Mempermudah pembangunan klinik atau rumah sakit yang berkualitas internasional baik melalui profesionalisasi pengelolaan rumah sakit pemerintah maupun mendorong tumbuhnya rumah sakit swasta.

4.Meningkatkan kualitas ibu dan anak di bawah lima tahun dengan memperkuat program yang sudah berjalan seperti Posyandu yang memungkinkan imunisasi dan vaksinasi masal seperti DPT dapat dilakukan secara efektif.

5.Penurunan tingkat kematian ibu yang melahirkan, pencegahan penyakit menular seperti HIV/ AIDS, malaria, dan TBC.

6.Mengurangi tingkat prevelansi gizi buruk balita menjadi di bawah 15% pada tahun 2014 dari keadaan terakhir sekitar 18%.

7.Revitalisasi program keluarga berencana yang telah dimulai kembali dalam periode 2005-2009 akan dilanjutkan dan diperkuat.

8.Upaya pencapaian dalam bidang kesehatan tidak tercapai jika kesejahteraan dan sistem
insentif bagi tenaga medis dan paramedis khususnya yang bertugas di daerah terpencil tidak
memadai.

9.Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, utamanya yang diarahkan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor dalam proses produksi obat.

10.Meningkatkan kualitas pelayanan dan praktek kedokteran yang sesuai dengan etika dan menjaga kepentingan dan perlindungan masyarakat awam dari mal-praktek dokter dan rumah sakit yang tidak bertanggung jawab.

11.Mengembangkan sistem peringatan dini untuk penyebaran informasi terjadinya wabah dan cara menghindarinya untuk mencegah kepanikan dan jatuhnya banyak korban.

12.Evakuasi, perawatan, dan pengobatan masyarakat didaerah korban bencana alam.

Prioritas 3: Program Aksi Penanggulangan Kemiskinan

1.Meneruskan, meningkatkan dan menyempurnakan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sebagai inti dari program kemiskinan yang sudah dimulai sejak 2007 dengan mengekspansi jumlah kecamatan yang tercakup dalam PNPM dan alokasi dana per kecamatan yang terus ditingkatkan sesuai dengan kinerjanya.

2.Melanjutkan program pengarusutamaan semua program penanggulangan kemiskinan yang ada di kementerian dan lembaga sebagai pendukung program PNPM (PNPM pendukung).

3.Penyempurnaan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan memutakhirkan data rumah tangga sasaran. Data rumah tangga sasaran akan diintegrasikan untuk semua program afirmasi dan subsidi sehingga berbagai duplikasi atau kebocoran dapat dihindari.

4.Penyediaan beras murah bagi keluarga miskin untuk menjamin ketahanan pangan.

5.Pengembangan program-program berlapis untuk rakyat miskin yang dilakukan secara intensif, antara lain: Program Jamkesmas, BOS, PKH, BLT, PNPM, Raskin.

6.Pemihakan kepada Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, antara lain dengan pemberian Kredit Usaha Rakyat untuk memberikan akses modal bagi masyarakat kecil.

Prioritas 4: Program Aksi Penciptaan Lapangan Kerja

1.Peningkatan kualitas pekerja baik dilihat dari upah yang diterima, produktivitas dan standar kualifikasinya untuk dapat memperluas peningkatan kesempatan di sektor formal, serta mengurangi jumlah pengangguran terbuka usia muda.

2.Peningkatkan investasi melalui perbaikan iklim investasi baik di pusat maupun di daerah, sehingga kesempatan kerja baru dapat tercipta.

3.Reformasi tingkat mikro-ekonomi, antara lain perbaikan iklim usaha dan pemihakan kepada perbaikan kesempatan berusaha kepada sektor usaha kecil menengah sebagai tiang penyerap tenaga kerja Indonesia, dilakukan melalui kebijakan sektoral dan kerja sama dengan pemerintah daerah.

4.Membangun infrastruktur fisik yang dapat memperlancar arus lalu-lintas barang dan informasi, serta mendorong program industrialisasi yang dapat menarik industri lanjutan (PMDN, PMA, dan perusahaan global) untuk berinvestasi di Indonesia.

5.Memperluas permintaan domestik di luar barang-barang konsumsi, serta memanfaatkan pasar regional.

6.Memperluas dan meningkatkan industri kreatif dan pariwisata sebagai sumber potensi perekonomian Indonesia yang sangat besar.

7.Pembangunan kawasan-kawasan ekonomi khusus seperti Batam, Bintan, Karimun, Suramadu, Sabang dan berbagai kawasan khusus lainnya.

Prioritas 5: Program Aksi Pembangunan Infrastruktur Dasar

1.Melanjutkan pelaksanaan dual track strategy dalam pembangunan infrastruktur, yaitu memperluas kesempatan bagi masyarakat (baik swasta nasional maupun asing) untuk berpartisipasi secara transparan, adil, bebas dari kepentingan kelompok, bersih, dan kompetitif dalam pembangunan dan pengoperasian kegiatan infrastruktur.

2.Menjamin akses masyarakat terhadap jasa kegiatan infrastruktur, pemerintah tetap akan mempertahankan fungsi regulasi yang fair kepada setiap pelaku dan konsumen.

3.Untuk mendukung partisipasi swasta dan BUMN dalam pembangunan infrastruktur, kebijakan penjaminan resiko oleh pemerintah dapat diberikan secara selektif berdasarkan kriteria yang obyektif, matang, terukur, transparan, dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan.

4.Pelayanan dan akses air bersih dengan harga terjangkau bagi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah.

5.Melakukan unbundling pembangunan infrastruktur di mana pemerintah akan menanggung pembangunan infrastruktur dasar, sementara badan usaha menanggung pembangunan yang bersifat komersial untuk berbagai infrastruktur penting di daerah.

6.Meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang penggunaannya akan diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur dasar yang sifatnya non komersial.

7.Meningkatkan pembangunan telekomunikasi pita lebar untuk mendekatkan jarak fisik yang berjauhan mengingat negara Indonesia adalah negara kepulauan.

8.Dalam rangka mengatasi bencana alam banjir di berbagai daerah, pengelolaan sungai beserta daerah tangkapan air akan terus dilakukan, antara lain melalui pembangunan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Banjir Kanal Jakarta.
Prioritas 6: Program Aksi Ketahanan Pangan

1.Memperbaiki infrastruktur pertanian dengan peningkatan anggaran di bidang pembanguan dan perbaikan irigasi, saluran air, jalan raya, kereta api, dan pelabuhan yang menghubungkan porduksi pangan dan tujuan pasar.

2.Meningkatkan kualitas input baik dengan dukungan penelitian dan pengembangan bibit unggul, dan penyuluhan untuk penggunaan secara tepat dan akurat dengan risiko yang dapat dijaga.

3.Memperbaiki kebijakan penyediaan dan subsidi pupuk, agar tidak terjadi kelangkaan, penyelundupan, dan penggunaan pupuk subsidi kepada yang tidak berhak.

4.Perbaikan sistem distribusi dan logistik, termasuk pergudangan secara terintegrasi, dengan memperhatikan supply chain agar mampu mengurangi gejolak harga dan pasokan secara musiman pada komoditas pangan utama.

5.Perkuatan dan pemberdayaan petani, nelayan, petambak, dan menjaga daya beli dan nilai tukar petani dengan menjaga stabilitas harga-harga komoditas yang dapat memberikan keuntungan pada petani namun tidak memberatkan konsumen yang berpendapatan rendah.

6.Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan daya tawar dan kompetisi (competitive advantage) dari sektor pertanian di pasar regional dan dunia, terutama pada komoditas yang merupakan produk utama dan terbesar di kawasan Asia dan dunia seperti CPO, kayu manis, dan lain-lain.

7.Melaksanakan kebijakan pengembangan industri hilir pertanian dengan penciptaan iklim investasi yang baik dan bila perlu diberikan insentif (fiskal) bagi pengembangannya.

8.Penyediaan informasi secara transparan tentang harga pasar dari hasil panen yang akurat dan up to date kepada petani dan nelayan, harga dan ketersediaan pupuk, peringatan dini cuaca dan wabah sehingga petani dapat lebih cerdas dalam menentukan tindakannya.

7: Program Aksi Ketahanan dan Kemandirian Energi

1.Mendorong diversifikasi penggunaan energi domestik kepada gas alam dan batubara. Program ini akan mengurangi tekanan tambahan permintaan pada sumber energi minyak bumi.

2.Program aksi peningkatan kemandirian energi akan dilakukan secara integratif antara penguasaan teknologi energi, pembangunan infrastruktur, kebijakan harga, dan insentif di dalamnya.

3.Meningkatkan daya tarik dan kepastian investasi untuk eksplorasi dan produksi di bidang pertambangan dan energi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sektor energi.

4.Meningkatkan transparansi, tata kelola, dan menghilangkan korupsi dan biaya yang tidak efisien di sektor hulu energi.

5.Meningkatkan kompetisi yang sehat dan transparan di sektor hilir energi, agar tercapai pelayanan yang baik dan harga yang rasional dan terjangkau bagi masyarakat luas.

6.Melaksanakan kebijakan pengembangan dan pemakaian energi terbarukan (renewable energy) yang konsisten dan sesuai dengan partispasi dan tanggung jawab Indonesia dalam agenda global untuk mencegah pemburukan iklim dunia (climate change) dan memperkuat ketahan energi nasional.

7.Meningkatkan kegiatan-kegiatan penelitian sektor energi untuk menghasilkan sumber- sumber energi baru non-konvensional, meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan penurunan emisi karbon.

8.Peningkatan efisiensi energi untuk mendorong perekonomian, peningakatan kesejahteraan dan memperbaiki daya saing.

9.Peningkatan diversifikasi, distribusi serta akses energi sehingga setiap rakyat Indonesia mampu memperoleh energi sesuai kebutuhan dan kemampuan daya belinya.

Prioritas 8: Program Aksi Perbaikan dan Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan

1.Meneruskan reformasi birokrasi di lembaga-lembaga pemerintah secara bertahap, terukur dan terus dijaga kualitas hasil kinerjanya serta pertangungjawaban publik.

2.Program perbaikan peraturan yang menyangkut rekrutmen, perkembangan karier secara transparan, akuntabel dan berdasarkan prestasi (merit based), serta aturan disiplin dan pemberhentian pegawai negeri sipil.

3.Meningkatkan kinerja dengan memperbaiki prosedur kerja (business process), pemanfaatan teknologi untuk peningkatan kecepatan dan keakuratan layanan, dan mengatur kembali struktur organisasi agar makin efisien dan efektif dalam menjalankan fungsi pelayanan publik, regulasi, pengawasan dan penegakan aturan.

4.Memperbaiki renumerasi sehingga makin mencerminkan resiko, tanggung jawab, beban kerja yang realistis dan berimbang.

5.Memperbaiki sistem dan tunjangan pensiun agar mencerminkan imbalan prestasi yang manusiawi namun tetap dapat dipenuhi oleh kemampuan anggaran.

6.Melakukan pengawasan kinerja dan dampak reformasi, termasuk pemberantasan korupsi dan penerapan disiplin dan hukuman yang tegas bagi pelanggaran sumpah jabatan, aturan, disiplin, dan etika kerja birokrasi.

7.Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas layanan pemerintahan dengan perumusan standar pelayanan minimum yang diketahui masyarakat beserta pemantauan pelaksanaannya oleh masyarakat.

Prioritas 9:Program Aksi Penegakan Pilar Demokrasi

1.Mengatur kembali hubungan eksekutif dan legislatif sehingga dapat menjalankan fungsi legislasi, pengawasan dan fungsi anggaran yang efektif dan seimbang dan terbentuk suatu sistem yang dapat melancarkan tujuan bernegara secara bermartabat.

2.Memperbaiki peraturan dan penyelenggaran Pemilu dan Pilkada, agar tercapai Pemilu yang jujur, adil, dan dapat menghindarkan warga negara yang kehilanggan hak untuk berpartisipasi dalam Pemilu.

3.Memperbaiki administrasi, penganggaran, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan Pemilu agar terjadi kepastian dan efisiensi kerja insitusi penyelenggara pemilu tanpa mengorbankan kualitas pemilu.
4.Mengembangkan substansi demokrasi, yaitu nilai-nilai hakiki seperti kebebasan, penegakan hukum, keadilan dan rasa tanggung jawab.

Prioritas 10: Program Aksi Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi

1.Memperbaiki law enforcement.

2.Memperkuat kinerja dan pengawasan kepolisian dan kejaksaan melalui reformasi kepolisian dan kejaksaan, perbaikan kinerja kepolisian dan kejaksaan di daerah, baik melalui program quick win maupun perbaikan struktural menyeluruh dan komprehensif pada kepolisian dan kejaksaan.

3.Meninjau ulang dan memperbaiki peraturan yang menyangkut penegakan hukum termasuk

4.pengaturan hak-hak polisi, peraturan-peraturan pelaporan, dan aturan pelayanan dari aparat penegak hukum.

5.Mendukung perbaikan adminsitrasi dan anggaran di Mahkamah Agung dan peradilan di bawahnya.

6.Pencegahan dan penindakan korupsi secara konsisten dan tanpa tebang pilih.

Prioritas 11: Program Aksi Pembangunan yang inklusif dan Berkeadilan

1.Penguatan kelompok usaha mikro, kecil dan menengah dengan perluasan akses kredit untuk UMKM termasuk dan utamanya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), penciptaan dan pendidikan bagi para pengusaha (enterpreneur) baru di tingkat kecil dan menengah di daerah- daerah, mendukung inovasi dan kreativitas masyarakat dan pengusaha dalam menciptakan produk, mengemas, memasarkan dan memelihara kesinambungan dalam persaingan yang sehat.

2.Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan melakukan terus menerus perbaikan kebijakan transfer anggaran kedaerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Otonomi Khusus (otsus).

3.Mempercepat pembangunan daerah-daerah tertinggal dan daerah perbatasan terluar dan terpencil dengan pemberian anggaran yang cukup bagi pembangunan infrastruktur dan pos penjagaan terluar.

4.Mengurangi kesenjangan jender dengan meningkatkan kebijakan pemihakan kepada perempuan dan pengarusutamaan jender dalam strategi pembangunan.

Prioritas 12: Program Aksi di Bidang Lingkungan Hidup

1.Memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan dan mencegah bencana alam dengan melakukan reboisasi, penghutanan kembali, dan perbaikan daerah aliran sungai.

2.Mengembangkan strategi pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable) sesuai dengan tujuan untuk mengurangi ancaman dan dampak perubahan iklim global.

3.Mengajak seluruh masyarakat luas, rumah tangga maupun dunia usaha untuk aktif menjaga lingkungan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Prioritas 13: Program Aksi Pengembangan Budaya

1.Menjaga suasana kebebasan kreatif di bidang seni dan keilmuan.

2.Menyediakan prasarana untuk mendukung kegiatan kebudayaan dan keilmuan yang bersifat non-komersial.

3.Memberikan insentif kepada kegiatan kesenian dan keilmuan untuk mengembangkan kualitas seni dan budaya serta melestarikan warisan kebudayaan lokal dan nasional, modern, dan tradisional.

TUJUH LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN BESERTA SOAP

1.Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan, menilai keadaan klien secara keseluruhan
2.Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
3.Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penangannya
4.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta berdasarkan kondisi klien
5.Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah yang selanjutnya
6.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
7.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif

Melihat penjelasan diatas, maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakn pola piker bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang bsistematis dan rasional, maka seluruh aktifitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Terhindar dari tindakan yang bersifat coba-coba yang akan merugikan klien. Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan dari setiap langkah :

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1.Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual Pengetahuan Klien
2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.


Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnopsa kebidanan. Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khs kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan

Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar Ibu menyenangi Binatang Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang

Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
oBesar dari masa kehamilan
oIbu dengan diabetes kehamilan, atau
oKehamilan kembar

Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan kebidanan adalah metode SOAP, yang merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. SOAP merupakan singkatan dari :

S=
Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan dataklien melalui
anamnesa
sebagai langkah 1 Varney.

O=
Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalamdata fokus untuk mendukung
assessment sebagai langkah 1varney.

A=
Assessment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa daninterpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: 1.Diagnosa/masalah 2. Antisipasi diagnosa / masalah potensial
Perlunya tindakan segera oleh Bidan atau Dokter, konsultasiatau kolaborasi atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 varney.

P=
Planning
Merencankan menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langakah 5, 6, dan 7 Varney.

CHEMOTHERAPY

A.Definisi
Khemotherapy atau chemical treatment sering disingkat dengan kata “Chemo”. Obat ini berguna untuk membunuh sel kanker secara langsung kadang ditujukan sebagai obat “ Anti Canser “ atau Antineoplastics.
Obat chemo yang lain diantaranya adalah biologic response modifeirs, hormone therapy dan monoclonal antibody yang berbeda-beda dalam mengobati kanker. Saat ini, jenis-jenis obat chemo lebih dari 100 macam, dan masih banyak obat lagi yang sedang dalam penelitian dan pengembangan.

B.Manfaat
Chemotherapi digunakan untuk bermacam-macam tujuan, antara lain :
•Untuk mengobati penyakit kanker tertentu
•Untuk mengontrol pertumbuhan tumor ketika penyembuhan sudah tidak mungkin
•Mengecilkan ukuran tumor sebelum operasi atau terapi radiasi
•Membebaskan dari banyak gejala (antara lain rasa sakit)
•Menghancurkan sel kanker microscopic yang mungkin masih ada setelah operasi (Disebut sebagai Adjuvant Therapy). Tujuannya untuk menjaga agar kanker tidak kambuh lagi.

C.Istilah_Istilah Dalam Chemotherapy.

•Adjuvant Chemotherapy
Diberikan untuk menghancurkan sel-sel microscopic tumor yang mungkin masih ada setelah tumor diangkat melalui operasi . tujuannya agar kanker tidak kambuh.

•Neoadjuvant Chemotherapy
Diberikan sebagai pendahuluan sebelum operasi dilakukan. Bertujuan untuk mengecilkan tumor sehingga area operasi tidak meluas

•First Line Chemotherapi
Chemoterapi yang telah dinyatakan/ditetapkan melalui hasil riset dan uji klinis sebagai obat yang paling baik untuk merawat pasien kaknker. Bisa disebut juga sebagai standart therapy.

•Second Line Chemotherapy
Diberikan apabila tidak ada respon atau kambuh lagi setelah first line chemotherapi. Diharapkan dengan obat-obatan second line ini pengobatannya menjadi efektif. Bisa juga disebut sebagai salvage therapy.

•Palliative Chemotherapy
Tujuan utamanya bukan untuk menghilangkan tumor lagi, tetapi untuk meningkatkan kwalitas hidup pasien, menghilangkan rasa sakit. Biasanya kanker telah mengalami metastase.

D.Metode Pemberian
Kemoterapi diberikan dengan berbagai cara. Metode pelaksanaan pengobatakn kemoterapi dan dosis yang digunakan ditentukan setepat-tepatnya dari tes percobaan klinis. Kadang getah lambung bisa merusak beberapa zat kimia didalamnya, sehingga mengakibatkan suatu obat tidak bisa diberikan dalam bentuk tablet. Beberapa zat diketahui sebagai obat anti kanker hanya bisa diberikan secara intarvenous (diinfuskan), ada pula yang disuntikkan melalui Inta Muskuar (Otot).

Sabtu, Mei 21, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN THALASEMIA

1.Defenisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). (Ngastiyah, 2005, hal 345)

Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defesiensi prosuksi rantai globin pada hemoglobin. (Rita Yuliana. Suriadi, 2001, hal 23)

Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan oleh kedua orang tua, kepada anak-anaknya secara resesif. Thalasemia adalah merupakan penyakit hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif (kks anak).

2.Klasifikasi thalasemia
Thalasemia defesiensi pada rantai a merupakan kasus terbanyak, dan terdiri dari 3 bentuk yaitu :
thalasemia minor / thalasemia trait ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
thamasemia intermedia a; ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot
thalasemia mayor
Anemia berat, tidak dapat hidup tanpa transfusi.
Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
thalasemia – χ (gangguan pembentukan rantai χ )
thalasemia – β (gangguan pembentukan rantai β)
thalasemia – β – Ѕ (ganguan pembentukan β dan Ѕ yang letak gennyadiduga pendekatan.
thalasemia – Ѕ (ganguan pembentukan rantai Ѕ)

3.Anatomi Dan Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat dalam terdapat dalam pembuluh darah yang warnanya merah.
Bagian-bagian darah :
–Air : 91 %
-Protein : 3 %
–Mineral : 0,9 %
–Bahan organik : 0,1 %

Darah terdiri dari 2 (dua) bagian :
•Sel-sel darah merah ada 3 macam :
–eritrosit
–leukosit
–trombosit

Eritrosit (sel darah merah)
Bentuknya seperti cakram bikonkaf dan tidak mempunyai inti ukurannya kira-kira 7,7 unit warnanya kuning kemerah-merahan.

Leukosit (sel darah putih)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak-gerak dengan perantaraan kaki palsu (Pseudopedia) warnanya bening atau tidak berwarna. Banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 600 – 9000.
Macam-macam leukosit meliputi :
Agranulosit
–Limfosit
–monosit

Granulosit
–Neutrofil
–Eusonofil

Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam ada yang bulat dan ada juga yang lonjong, warnanya putih banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000 /mm3.
•Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening kekuning-kuningan. Hampir 90 % dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang lain yang terlarut didalamnya.

4.Etiologi
Gangguan genetika
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
Gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) rantai globin pada thalasemia
(Ngastiyah 2005 hal 345).

5.Manifestasi Klinis
•Letergi
•Pucat
•Kelemahan
•Anoreksia
•Sesak nafas
•Tebalnya tulang cranial
•Pembesaran limfe
•Distritmia
•Menipisnya tulang kartilago
(Yuliani Rita Syuriadi, 2001 hal 26)

6.Komplikasi
•Fraktur Patologi
Kompensator produksi RBC secara terus-menerus pada suatu dasar kronik dan dengan cepatnya dekstruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin / kelebihan dan dekstruksi RBC dengan cara reduksi dalam hemoglobin menstimulasi Bone Morrow sehingga memproduksi RBC yang lebih dalam stimulasi yang konstan pada Bone Morrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoetik aktif menyebabkan Bone Morrow menjadi tipis dan sudah pecah dan rapuh fraktur.

•Hepatosplenomegali / pembesaran hati dan limfa.
Dimana thalasemia menyebabkan hemafoesis, pembesaran pada limfa, metabolisme zat besi dengan peningkatan timbunan besi didalam jaringan hati dan limfe sehingga terjadi pigmentasi coklat pada kulit dan serosis hepatis / pembentukan jaringan fibrosa secara berlebih dalam struktur hati dan limfa (hepatosplenomegali)

•Disfungsi organ
Apabila mengenai organ lain akan menyebabkan disfungsi organ tersebut seperti pada jantung dan pankreas.

•Gangguan tumbuh kembang
Thalasemia merupakan kelainan genetik menstimulasikan eritrofoesis hiperplasia sumsum tulang yang dapat menyebabkan perubahan skletal yang dapat menimbulkan anemia maturasi seksual dan pembentukan terlambat. (Suryadi, Rita Yuliani, 2005 hal26)

7.Penatalaksanaan
•Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menembuhkan penyakit thalasemia. Trasfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 69 %) atau bila anak terlihat tidak ada nafsu makan.
•Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua diumur 2 tahun sebelum terjadi pembesaran limfa atau hemosiderosis. Disamping itu diberikan beberapa vitamin, tetapi preparat yang mengandung zat besi tidak boleh.
•Pada dasarnya perawatan pasien thalasemia sama dengan pesien anemia lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi, resiko tinggi terjadi komplikasi akibat transfusi yang berulang-ulang, gangguan rasa aman dan nyaman.

8.Pemeriksaan Diagnostik
•Studi hematologi : terdapat perubahan-perunahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anisositosis, foikilositosis, sel target, eritrosit yang imatur, penurunan hemoglobin dan hematokrit.
•Elektroforesis Hemoglobin : peningkatan hemoglobin F dan A2.

9.Pengkajian
1).Pengkajian Fisik
•Riwayat keperawatan
•Kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat, lemah, nafas cepat, hipoksia, kronik, nyeri tulang dan dada, menurunnya aktifitas dan anoreksia serta epistaksis berulang-ulang)
2.Pengkajian Psikososial
•Anak: usia, tugas perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi dengan penyakit mekanisme koping yang digunakan.
•Keluarga: respon emosional leluarga, koping keluarga yang digunakan keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress.
3). Diagnosa Keperawatan

DX I : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurangnya selera makan.
Tujuan: Pasien mendapat suplai zat besi adekuat dan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil: Nutrisi yang dihabiskan.
Intervensi:
•timbang BB setiap hari
•beri konseling diet pada pemberi perawatan, mengenai sumber besi dari makanan.
•kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai dan catat masukan makanan pasien

DX II : resiko tinggi cedera b/d kerusakan integritas kulit.
Tujuan: Mempertahankan intergritas kulit.
Kriteria hasil: Mengidentifikasi factor resiko / perilaku individu untukmencegah cedera dermal.
Intervensi:
•kaji integritas kulit, catat turgor, gangguan warna, hangat local.
•ajarkan perawatan kulit kering dan bersih
•bantu untuk perawatan pasif dan aktif.

DX III : Nyeri b/d anoreksia jaringan (krisis Vaso- oklusif)
Tujuan: Pasien tidak mengalami nyeri
Kriteria hasil:Anak tidak mengalami nyeri/ nyeri minimal.
Intervensi:
•kenali macam-macam analgesik, termasuk aploid, serta penjadwalan obat mungkin perlu dicoba
•hindari kompres dingin
•berikan pemanas pada area yang sakit.

DX IV :kurangnya pengetahuan b/d kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan:Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit, prosedur dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil: Mengidentifikasikan factor penyebab, melakukan tindakan yang perlu / perubahan pola hidup.
Intervensi:
•berikan informasi tentang thalasemia
•tinjauan umum dan persiapan untuk pemerisaak diagnostic
•jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk thalasemia.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TETANUS

I. Pengertian
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.
Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.

II.Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah.
Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui :
1.Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
2.Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
3.OMP, caries gigi
4.Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
5.Penjahitan luka robek yang tidak steril.

III. Proses Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
1.Riwayat kehamilan prenatal. Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT.
2.Riwayat natal ditanyakan. Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan persalinan yang bersih/higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3.Riwayat postnatal. Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat menetek (incubation period). Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat menetek dengan gejala kejang yang pertama (period of onset).
4.Riwayat imunisasi pada tetanus anak. Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan terakhir
5.Riwayat psiko sosial.
5.1. Kebiasaan anak bermain di mana
5.2. Hygiene sanitasi
6.Pemeriksaan fisik.

Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari tetanus, bayi normal dan bisa menetek dalam 3 hari pertama. Hari berikutnya bayi sukar menetek, mulut “mecucu” seperti mulut ikan. Risus sardonikus dan kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-tanda infeksi tali pusat kotor. Hipoksia dan sianosis.

Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut (trismus).Pada wajah : Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat kekakuan otot-otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata agak menyipit, sudut mulut keluar dan ke bawah.
Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot punggung, otot pinggang, semua trunk muscle.

Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum, mula-mula terjadi setelah dirangsang lambat laun anak jatuh dalam status konvulsius.
Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan nanah, atau gigitan binatang.
7.Pengetahuan anak dan keluarga.
8.Pemahaman tentang diagnosis
9.Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosa
10.Rencana perawatan ke depan.

Tata laksana pasien tetanus
Umum
1.Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi. Pemberian cairan secara i.v., sekalian untuk memberikan obat-obatan secara syringe pump (valium pump).
2.Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu tracheostomy.
3.Memeriksa tambahan oksigen secara nasal atau sungkup.
4.Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian valium/diazepam bolus i.v. 5 mg untuk neonatus, bolus i.v. atau perectal 10 mg untuk anak-anak (maksimum 0.7 mg/kg BB.Khusus
1.Antibiotika PP 50.000-100.000 IU/kg BB.
2.Sera anti. Dapat diberikan ATS 5000 IU i.m. atau TIGH (Tetanus Immune Globulin Human) 500-3.000 IU. Pemberian sera anti harus disertai dengan imunisasi aktif dengan toksoid (DPT/DT/TT)
3.Perawatan luka sangat penting dan harus secara steril dan perawatan terbuka (debridement).
4.Konsultasi dengan dokter gigi atau dokter bedah atau dokter THT

Pencegahan
1.Perawatan luka harus dicegah timbulnya jaringan anaerob pada pasien termasuk adanya jaringan mati dan nanah.
2.Pemberian ATS profilaksis.
3.Imunisasi aktif.
4.Khusus untuk mencegah tetanus neonatorum perlu diperhatikan kebersihan pada waktu persalinan terutama alas tempat tidur, alat pemotong tali pusat, dan cara perawatan tali pusat.
5.Pendidikan atau penjelasan kepada orang tua mengenai kebersihan individu dan lingkungan serta cara pemeriksaan dan perawatan di RS dan perlunya pemeriksaan lanjutan.

Diagnosa Keperawatan

Setelah pengumpulan data, menganalisa data, dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
1.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.
2.Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan sirkulasi (hipoksia berat).
3.Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada otot faring).
4.Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
5.Gangguan komunikasi verbal b.d. sukar untuk membuka mulut (kekakuan otot-otot masseter)
6.Risti gangguan pertukaran gas b.d. penurunan oksigen di otak.
7.Risti injuri b.d. kejang spontan yang terus-menerus (kurang suplai oksigen karena adanya oedem laring).

1.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi dehidrasi
Tidak terjadi penurunan BB
Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb
Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi

Intervensi :
1.Catat intake dan output secara akurat.
2.Berikan makan minum personde tepat waktu.
3.Berikan perawatan kebersihan mulut.
4.Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas.
5.Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan sesuaikan dengan kebutuhan.
6.Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari.
7.Tegakkan diet yang ditentukan dalam bekerja sama dengan ahli gizi.

2.Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada otot faring)
Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi aspirasi
Bunyi napas terdengar bersih
Rongga mulut bebas dari sumbatan

Intervensi :
1.Berikan O2 nebulizer
2.Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar.
3.Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk.
4.Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut.
5.Berikan perawatan kebersihan mulut.
6.Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan melihat waktu.