Kamis, Mei 26, 2011

Visi Misi dan Strategi Indonesia 2009-2014

Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil-wakil Partai Politik dan DPD yang anggota-anggotanya mewakili provinsi yang ada di Indonesia. Setiap daerah diwakili oleh 4 orang yang dipilih langsung oleh rakyat di daerahnya masing-masing.
Pemerintah republik Indonesia berkewajiban melaksanakan pembangunan di segala bidang untuk menciptakan tata kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera. Cita-cita dan tujuan Indonesia merdeka sebagaimana amanat dalam Pembukaan UUD 1945 telah dirumuskan oleh pemerintah dalam visi, misi, dan strategi. Berikut visi, misi, dan strategi Indonesia 2009-2014 sebagaimana dimuat pada portal RI http://www.indonesia.go.id.

Visi
Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.

Misi
•Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera.
•Memperkuat Pilar-pilar Demokrasi.
•Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.

Visi dan misi pemerintah 2009-2014 dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program aksi prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Program aksi di bawah ini dipandang mampu menjawab sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang.

Prioritas 1: Program Aksi Bidang Pendidikan

1.Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.

2.Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA.

3.Perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif, inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras

4.Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa, mampu menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu menularkan kualitas intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus berkembang kepada anak didiknya.

5.Memperbaiki renumerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan penghasilan kepada guru, dosen, dan para peneliti.

6.Memperluas penerapan dari kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan.

7.Mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid) dalam menciptakan kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan tantangan jaman saat ini dan kedepan.

8.Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal.
Prioritas

2: Program Aksi Bidang Kesehatan

1.Menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaa program jaminan kesehatan masyarakat baik dari segi kualitas pelayanan, akses pelayanan, akuntabilitas anggaran, dan penataan administrasi yang transparan dan bersih.

2.Mendorong upaya pembuatan obat dan produk farmasi lain yang terjangkau dengan tanpa mengabaikan masalah kualitas dan keamanan obat seperti yang telah dilakukan selama tiga tahun terakhir.

3.Mempermudah pembangunan klinik atau rumah sakit yang berkualitas internasional baik melalui profesionalisasi pengelolaan rumah sakit pemerintah maupun mendorong tumbuhnya rumah sakit swasta.

4.Meningkatkan kualitas ibu dan anak di bawah lima tahun dengan memperkuat program yang sudah berjalan seperti Posyandu yang memungkinkan imunisasi dan vaksinasi masal seperti DPT dapat dilakukan secara efektif.

5.Penurunan tingkat kematian ibu yang melahirkan, pencegahan penyakit menular seperti HIV/ AIDS, malaria, dan TBC.

6.Mengurangi tingkat prevelansi gizi buruk balita menjadi di bawah 15% pada tahun 2014 dari keadaan terakhir sekitar 18%.

7.Revitalisasi program keluarga berencana yang telah dimulai kembali dalam periode 2005-2009 akan dilanjutkan dan diperkuat.

8.Upaya pencapaian dalam bidang kesehatan tidak tercapai jika kesejahteraan dan sistem
insentif bagi tenaga medis dan paramedis khususnya yang bertugas di daerah terpencil tidak
memadai.

9.Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, utamanya yang diarahkan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor dalam proses produksi obat.

10.Meningkatkan kualitas pelayanan dan praktek kedokteran yang sesuai dengan etika dan menjaga kepentingan dan perlindungan masyarakat awam dari mal-praktek dokter dan rumah sakit yang tidak bertanggung jawab.

11.Mengembangkan sistem peringatan dini untuk penyebaran informasi terjadinya wabah dan cara menghindarinya untuk mencegah kepanikan dan jatuhnya banyak korban.

12.Evakuasi, perawatan, dan pengobatan masyarakat didaerah korban bencana alam.

Prioritas 3: Program Aksi Penanggulangan Kemiskinan

1.Meneruskan, meningkatkan dan menyempurnakan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sebagai inti dari program kemiskinan yang sudah dimulai sejak 2007 dengan mengekspansi jumlah kecamatan yang tercakup dalam PNPM dan alokasi dana per kecamatan yang terus ditingkatkan sesuai dengan kinerjanya.

2.Melanjutkan program pengarusutamaan semua program penanggulangan kemiskinan yang ada di kementerian dan lembaga sebagai pendukung program PNPM (PNPM pendukung).

3.Penyempurnaan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan memutakhirkan data rumah tangga sasaran. Data rumah tangga sasaran akan diintegrasikan untuk semua program afirmasi dan subsidi sehingga berbagai duplikasi atau kebocoran dapat dihindari.

4.Penyediaan beras murah bagi keluarga miskin untuk menjamin ketahanan pangan.

5.Pengembangan program-program berlapis untuk rakyat miskin yang dilakukan secara intensif, antara lain: Program Jamkesmas, BOS, PKH, BLT, PNPM, Raskin.

6.Pemihakan kepada Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, antara lain dengan pemberian Kredit Usaha Rakyat untuk memberikan akses modal bagi masyarakat kecil.

Prioritas 4: Program Aksi Penciptaan Lapangan Kerja

1.Peningkatan kualitas pekerja baik dilihat dari upah yang diterima, produktivitas dan standar kualifikasinya untuk dapat memperluas peningkatan kesempatan di sektor formal, serta mengurangi jumlah pengangguran terbuka usia muda.

2.Peningkatkan investasi melalui perbaikan iklim investasi baik di pusat maupun di daerah, sehingga kesempatan kerja baru dapat tercipta.

3.Reformasi tingkat mikro-ekonomi, antara lain perbaikan iklim usaha dan pemihakan kepada perbaikan kesempatan berusaha kepada sektor usaha kecil menengah sebagai tiang penyerap tenaga kerja Indonesia, dilakukan melalui kebijakan sektoral dan kerja sama dengan pemerintah daerah.

4.Membangun infrastruktur fisik yang dapat memperlancar arus lalu-lintas barang dan informasi, serta mendorong program industrialisasi yang dapat menarik industri lanjutan (PMDN, PMA, dan perusahaan global) untuk berinvestasi di Indonesia.

5.Memperluas permintaan domestik di luar barang-barang konsumsi, serta memanfaatkan pasar regional.

6.Memperluas dan meningkatkan industri kreatif dan pariwisata sebagai sumber potensi perekonomian Indonesia yang sangat besar.

7.Pembangunan kawasan-kawasan ekonomi khusus seperti Batam, Bintan, Karimun, Suramadu, Sabang dan berbagai kawasan khusus lainnya.

Prioritas 5: Program Aksi Pembangunan Infrastruktur Dasar

1.Melanjutkan pelaksanaan dual track strategy dalam pembangunan infrastruktur, yaitu memperluas kesempatan bagi masyarakat (baik swasta nasional maupun asing) untuk berpartisipasi secara transparan, adil, bebas dari kepentingan kelompok, bersih, dan kompetitif dalam pembangunan dan pengoperasian kegiatan infrastruktur.

2.Menjamin akses masyarakat terhadap jasa kegiatan infrastruktur, pemerintah tetap akan mempertahankan fungsi regulasi yang fair kepada setiap pelaku dan konsumen.

3.Untuk mendukung partisipasi swasta dan BUMN dalam pembangunan infrastruktur, kebijakan penjaminan resiko oleh pemerintah dapat diberikan secara selektif berdasarkan kriteria yang obyektif, matang, terukur, transparan, dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan.

4.Pelayanan dan akses air bersih dengan harga terjangkau bagi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah.

5.Melakukan unbundling pembangunan infrastruktur di mana pemerintah akan menanggung pembangunan infrastruktur dasar, sementara badan usaha menanggung pembangunan yang bersifat komersial untuk berbagai infrastruktur penting di daerah.

6.Meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang penggunaannya akan diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur dasar yang sifatnya non komersial.

7.Meningkatkan pembangunan telekomunikasi pita lebar untuk mendekatkan jarak fisik yang berjauhan mengingat negara Indonesia adalah negara kepulauan.

8.Dalam rangka mengatasi bencana alam banjir di berbagai daerah, pengelolaan sungai beserta daerah tangkapan air akan terus dilakukan, antara lain melalui pembangunan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Banjir Kanal Jakarta.
Prioritas 6: Program Aksi Ketahanan Pangan

1.Memperbaiki infrastruktur pertanian dengan peningkatan anggaran di bidang pembanguan dan perbaikan irigasi, saluran air, jalan raya, kereta api, dan pelabuhan yang menghubungkan porduksi pangan dan tujuan pasar.

2.Meningkatkan kualitas input baik dengan dukungan penelitian dan pengembangan bibit unggul, dan penyuluhan untuk penggunaan secara tepat dan akurat dengan risiko yang dapat dijaga.

3.Memperbaiki kebijakan penyediaan dan subsidi pupuk, agar tidak terjadi kelangkaan, penyelundupan, dan penggunaan pupuk subsidi kepada yang tidak berhak.

4.Perbaikan sistem distribusi dan logistik, termasuk pergudangan secara terintegrasi, dengan memperhatikan supply chain agar mampu mengurangi gejolak harga dan pasokan secara musiman pada komoditas pangan utama.

5.Perkuatan dan pemberdayaan petani, nelayan, petambak, dan menjaga daya beli dan nilai tukar petani dengan menjaga stabilitas harga-harga komoditas yang dapat memberikan keuntungan pada petani namun tidak memberatkan konsumen yang berpendapatan rendah.

6.Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan daya tawar dan kompetisi (competitive advantage) dari sektor pertanian di pasar regional dan dunia, terutama pada komoditas yang merupakan produk utama dan terbesar di kawasan Asia dan dunia seperti CPO, kayu manis, dan lain-lain.

7.Melaksanakan kebijakan pengembangan industri hilir pertanian dengan penciptaan iklim investasi yang baik dan bila perlu diberikan insentif (fiskal) bagi pengembangannya.

8.Penyediaan informasi secara transparan tentang harga pasar dari hasil panen yang akurat dan up to date kepada petani dan nelayan, harga dan ketersediaan pupuk, peringatan dini cuaca dan wabah sehingga petani dapat lebih cerdas dalam menentukan tindakannya.

7: Program Aksi Ketahanan dan Kemandirian Energi

1.Mendorong diversifikasi penggunaan energi domestik kepada gas alam dan batubara. Program ini akan mengurangi tekanan tambahan permintaan pada sumber energi minyak bumi.

2.Program aksi peningkatan kemandirian energi akan dilakukan secara integratif antara penguasaan teknologi energi, pembangunan infrastruktur, kebijakan harga, dan insentif di dalamnya.

3.Meningkatkan daya tarik dan kepastian investasi untuk eksplorasi dan produksi di bidang pertambangan dan energi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sektor energi.

4.Meningkatkan transparansi, tata kelola, dan menghilangkan korupsi dan biaya yang tidak efisien di sektor hulu energi.

5.Meningkatkan kompetisi yang sehat dan transparan di sektor hilir energi, agar tercapai pelayanan yang baik dan harga yang rasional dan terjangkau bagi masyarakat luas.

6.Melaksanakan kebijakan pengembangan dan pemakaian energi terbarukan (renewable energy) yang konsisten dan sesuai dengan partispasi dan tanggung jawab Indonesia dalam agenda global untuk mencegah pemburukan iklim dunia (climate change) dan memperkuat ketahan energi nasional.

7.Meningkatkan kegiatan-kegiatan penelitian sektor energi untuk menghasilkan sumber- sumber energi baru non-konvensional, meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan penurunan emisi karbon.

8.Peningkatan efisiensi energi untuk mendorong perekonomian, peningakatan kesejahteraan dan memperbaiki daya saing.

9.Peningkatan diversifikasi, distribusi serta akses energi sehingga setiap rakyat Indonesia mampu memperoleh energi sesuai kebutuhan dan kemampuan daya belinya.

Prioritas 8: Program Aksi Perbaikan dan Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan

1.Meneruskan reformasi birokrasi di lembaga-lembaga pemerintah secara bertahap, terukur dan terus dijaga kualitas hasil kinerjanya serta pertangungjawaban publik.

2.Program perbaikan peraturan yang menyangkut rekrutmen, perkembangan karier secara transparan, akuntabel dan berdasarkan prestasi (merit based), serta aturan disiplin dan pemberhentian pegawai negeri sipil.

3.Meningkatkan kinerja dengan memperbaiki prosedur kerja (business process), pemanfaatan teknologi untuk peningkatan kecepatan dan keakuratan layanan, dan mengatur kembali struktur organisasi agar makin efisien dan efektif dalam menjalankan fungsi pelayanan publik, regulasi, pengawasan dan penegakan aturan.

4.Memperbaiki renumerasi sehingga makin mencerminkan resiko, tanggung jawab, beban kerja yang realistis dan berimbang.

5.Memperbaiki sistem dan tunjangan pensiun agar mencerminkan imbalan prestasi yang manusiawi namun tetap dapat dipenuhi oleh kemampuan anggaran.

6.Melakukan pengawasan kinerja dan dampak reformasi, termasuk pemberantasan korupsi dan penerapan disiplin dan hukuman yang tegas bagi pelanggaran sumpah jabatan, aturan, disiplin, dan etika kerja birokrasi.

7.Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas layanan pemerintahan dengan perumusan standar pelayanan minimum yang diketahui masyarakat beserta pemantauan pelaksanaannya oleh masyarakat.

Prioritas 9:Program Aksi Penegakan Pilar Demokrasi

1.Mengatur kembali hubungan eksekutif dan legislatif sehingga dapat menjalankan fungsi legislasi, pengawasan dan fungsi anggaran yang efektif dan seimbang dan terbentuk suatu sistem yang dapat melancarkan tujuan bernegara secara bermartabat.

2.Memperbaiki peraturan dan penyelenggaran Pemilu dan Pilkada, agar tercapai Pemilu yang jujur, adil, dan dapat menghindarkan warga negara yang kehilanggan hak untuk berpartisipasi dalam Pemilu.

3.Memperbaiki administrasi, penganggaran, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan Pemilu agar terjadi kepastian dan efisiensi kerja insitusi penyelenggara pemilu tanpa mengorbankan kualitas pemilu.
4.Mengembangkan substansi demokrasi, yaitu nilai-nilai hakiki seperti kebebasan, penegakan hukum, keadilan dan rasa tanggung jawab.

Prioritas 10: Program Aksi Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi

1.Memperbaiki law enforcement.

2.Memperkuat kinerja dan pengawasan kepolisian dan kejaksaan melalui reformasi kepolisian dan kejaksaan, perbaikan kinerja kepolisian dan kejaksaan di daerah, baik melalui program quick win maupun perbaikan struktural menyeluruh dan komprehensif pada kepolisian dan kejaksaan.

3.Meninjau ulang dan memperbaiki peraturan yang menyangkut penegakan hukum termasuk

4.pengaturan hak-hak polisi, peraturan-peraturan pelaporan, dan aturan pelayanan dari aparat penegak hukum.

5.Mendukung perbaikan adminsitrasi dan anggaran di Mahkamah Agung dan peradilan di bawahnya.

6.Pencegahan dan penindakan korupsi secara konsisten dan tanpa tebang pilih.

Prioritas 11: Program Aksi Pembangunan yang inklusif dan Berkeadilan

1.Penguatan kelompok usaha mikro, kecil dan menengah dengan perluasan akses kredit untuk UMKM termasuk dan utamanya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), penciptaan dan pendidikan bagi para pengusaha (enterpreneur) baru di tingkat kecil dan menengah di daerah- daerah, mendukung inovasi dan kreativitas masyarakat dan pengusaha dalam menciptakan produk, mengemas, memasarkan dan memelihara kesinambungan dalam persaingan yang sehat.

2.Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan melakukan terus menerus perbaikan kebijakan transfer anggaran kedaerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Otonomi Khusus (otsus).

3.Mempercepat pembangunan daerah-daerah tertinggal dan daerah perbatasan terluar dan terpencil dengan pemberian anggaran yang cukup bagi pembangunan infrastruktur dan pos penjagaan terluar.

4.Mengurangi kesenjangan jender dengan meningkatkan kebijakan pemihakan kepada perempuan dan pengarusutamaan jender dalam strategi pembangunan.

Prioritas 12: Program Aksi di Bidang Lingkungan Hidup

1.Memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan dan mencegah bencana alam dengan melakukan reboisasi, penghutanan kembali, dan perbaikan daerah aliran sungai.

2.Mengembangkan strategi pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable) sesuai dengan tujuan untuk mengurangi ancaman dan dampak perubahan iklim global.

3.Mengajak seluruh masyarakat luas, rumah tangga maupun dunia usaha untuk aktif menjaga lingkungan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Prioritas 13: Program Aksi Pengembangan Budaya

1.Menjaga suasana kebebasan kreatif di bidang seni dan keilmuan.

2.Menyediakan prasarana untuk mendukung kegiatan kebudayaan dan keilmuan yang bersifat non-komersial.

3.Memberikan insentif kepada kegiatan kesenian dan keilmuan untuk mengembangkan kualitas seni dan budaya serta melestarikan warisan kebudayaan lokal dan nasional, modern, dan tradisional.

TUJUH LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN BESERTA SOAP

1.Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan, menilai keadaan klien secara keseluruhan
2.Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
3.Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penangannya
4.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta berdasarkan kondisi klien
5.Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah yang selanjutnya
6.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
7.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif

Melihat penjelasan diatas, maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakn pola piker bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang bsistematis dan rasional, maka seluruh aktifitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Terhindar dari tindakan yang bersifat coba-coba yang akan merugikan klien. Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan dari setiap langkah :

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1.Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual Pengetahuan Klien
2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.


Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnopsa kebidanan. Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khs kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan

Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar Ibu menyenangi Binatang Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang

Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
oBesar dari masa kehamilan
oIbu dengan diabetes kehamilan, atau
oKehamilan kembar

Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan kebidanan adalah metode SOAP, yang merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. SOAP merupakan singkatan dari :

S=
Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan dataklien melalui
anamnesa
sebagai langkah 1 Varney.

O=
Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalamdata fokus untuk mendukung
assessment sebagai langkah 1varney.

A=
Assessment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa daninterpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: 1.Diagnosa/masalah 2. Antisipasi diagnosa / masalah potensial
Perlunya tindakan segera oleh Bidan atau Dokter, konsultasiatau kolaborasi atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 varney.

P=
Planning
Merencankan menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langakah 5, 6, dan 7 Varney.

CHEMOTHERAPY

A.Definisi
Khemotherapy atau chemical treatment sering disingkat dengan kata “Chemo”. Obat ini berguna untuk membunuh sel kanker secara langsung kadang ditujukan sebagai obat “ Anti Canser “ atau Antineoplastics.
Obat chemo yang lain diantaranya adalah biologic response modifeirs, hormone therapy dan monoclonal antibody yang berbeda-beda dalam mengobati kanker. Saat ini, jenis-jenis obat chemo lebih dari 100 macam, dan masih banyak obat lagi yang sedang dalam penelitian dan pengembangan.

B.Manfaat
Chemotherapi digunakan untuk bermacam-macam tujuan, antara lain :
•Untuk mengobati penyakit kanker tertentu
•Untuk mengontrol pertumbuhan tumor ketika penyembuhan sudah tidak mungkin
•Mengecilkan ukuran tumor sebelum operasi atau terapi radiasi
•Membebaskan dari banyak gejala (antara lain rasa sakit)
•Menghancurkan sel kanker microscopic yang mungkin masih ada setelah operasi (Disebut sebagai Adjuvant Therapy). Tujuannya untuk menjaga agar kanker tidak kambuh lagi.

C.Istilah_Istilah Dalam Chemotherapy.

•Adjuvant Chemotherapy
Diberikan untuk menghancurkan sel-sel microscopic tumor yang mungkin masih ada setelah tumor diangkat melalui operasi . tujuannya agar kanker tidak kambuh.

•Neoadjuvant Chemotherapy
Diberikan sebagai pendahuluan sebelum operasi dilakukan. Bertujuan untuk mengecilkan tumor sehingga area operasi tidak meluas

•First Line Chemotherapi
Chemoterapi yang telah dinyatakan/ditetapkan melalui hasil riset dan uji klinis sebagai obat yang paling baik untuk merawat pasien kaknker. Bisa disebut juga sebagai standart therapy.

•Second Line Chemotherapy
Diberikan apabila tidak ada respon atau kambuh lagi setelah first line chemotherapi. Diharapkan dengan obat-obatan second line ini pengobatannya menjadi efektif. Bisa juga disebut sebagai salvage therapy.

•Palliative Chemotherapy
Tujuan utamanya bukan untuk menghilangkan tumor lagi, tetapi untuk meningkatkan kwalitas hidup pasien, menghilangkan rasa sakit. Biasanya kanker telah mengalami metastase.

D.Metode Pemberian
Kemoterapi diberikan dengan berbagai cara. Metode pelaksanaan pengobatakn kemoterapi dan dosis yang digunakan ditentukan setepat-tepatnya dari tes percobaan klinis. Kadang getah lambung bisa merusak beberapa zat kimia didalamnya, sehingga mengakibatkan suatu obat tidak bisa diberikan dalam bentuk tablet. Beberapa zat diketahui sebagai obat anti kanker hanya bisa diberikan secara intarvenous (diinfuskan), ada pula yang disuntikkan melalui Inta Muskuar (Otot).

Sabtu, Mei 21, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN THALASEMIA

1.Defenisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). (Ngastiyah, 2005, hal 345)

Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defesiensi prosuksi rantai globin pada hemoglobin. (Rita Yuliana. Suriadi, 2001, hal 23)

Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan oleh kedua orang tua, kepada anak-anaknya secara resesif. Thalasemia adalah merupakan penyakit hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif (kks anak).

2.Klasifikasi thalasemia
Thalasemia defesiensi pada rantai a merupakan kasus terbanyak, dan terdiri dari 3 bentuk yaitu :
thalasemia minor / thalasemia trait ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
thamasemia intermedia a; ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot
thalasemia mayor
Anemia berat, tidak dapat hidup tanpa transfusi.
Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
thalasemia – χ (gangguan pembentukan rantai χ )
thalasemia – β (gangguan pembentukan rantai β)
thalasemia – β – Ѕ (ganguan pembentukan β dan Ѕ yang letak gennyadiduga pendekatan.
thalasemia – Ѕ (ganguan pembentukan rantai Ѕ)

3.Anatomi Dan Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat dalam terdapat dalam pembuluh darah yang warnanya merah.
Bagian-bagian darah :
–Air : 91 %
-Protein : 3 %
–Mineral : 0,9 %
–Bahan organik : 0,1 %

Darah terdiri dari 2 (dua) bagian :
•Sel-sel darah merah ada 3 macam :
–eritrosit
–leukosit
–trombosit

Eritrosit (sel darah merah)
Bentuknya seperti cakram bikonkaf dan tidak mempunyai inti ukurannya kira-kira 7,7 unit warnanya kuning kemerah-merahan.

Leukosit (sel darah putih)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak-gerak dengan perantaraan kaki palsu (Pseudopedia) warnanya bening atau tidak berwarna. Banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 600 – 9000.
Macam-macam leukosit meliputi :
Agranulosit
–Limfosit
–monosit

Granulosit
–Neutrofil
–Eusonofil

Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam ada yang bulat dan ada juga yang lonjong, warnanya putih banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000 /mm3.
•Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening kekuning-kuningan. Hampir 90 % dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang lain yang terlarut didalamnya.

4.Etiologi
Gangguan genetika
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
Gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) rantai globin pada thalasemia
(Ngastiyah 2005 hal 345).

5.Manifestasi Klinis
•Letergi
•Pucat
•Kelemahan
•Anoreksia
•Sesak nafas
•Tebalnya tulang cranial
•Pembesaran limfe
•Distritmia
•Menipisnya tulang kartilago
(Yuliani Rita Syuriadi, 2001 hal 26)

6.Komplikasi
•Fraktur Patologi
Kompensator produksi RBC secara terus-menerus pada suatu dasar kronik dan dengan cepatnya dekstruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin / kelebihan dan dekstruksi RBC dengan cara reduksi dalam hemoglobin menstimulasi Bone Morrow sehingga memproduksi RBC yang lebih dalam stimulasi yang konstan pada Bone Morrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoetik aktif menyebabkan Bone Morrow menjadi tipis dan sudah pecah dan rapuh fraktur.

•Hepatosplenomegali / pembesaran hati dan limfa.
Dimana thalasemia menyebabkan hemafoesis, pembesaran pada limfa, metabolisme zat besi dengan peningkatan timbunan besi didalam jaringan hati dan limfe sehingga terjadi pigmentasi coklat pada kulit dan serosis hepatis / pembentukan jaringan fibrosa secara berlebih dalam struktur hati dan limfa (hepatosplenomegali)

•Disfungsi organ
Apabila mengenai organ lain akan menyebabkan disfungsi organ tersebut seperti pada jantung dan pankreas.

•Gangguan tumbuh kembang
Thalasemia merupakan kelainan genetik menstimulasikan eritrofoesis hiperplasia sumsum tulang yang dapat menyebabkan perubahan skletal yang dapat menimbulkan anemia maturasi seksual dan pembentukan terlambat. (Suryadi, Rita Yuliani, 2005 hal26)

7.Penatalaksanaan
•Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menembuhkan penyakit thalasemia. Trasfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 69 %) atau bila anak terlihat tidak ada nafsu makan.
•Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua diumur 2 tahun sebelum terjadi pembesaran limfa atau hemosiderosis. Disamping itu diberikan beberapa vitamin, tetapi preparat yang mengandung zat besi tidak boleh.
•Pada dasarnya perawatan pasien thalasemia sama dengan pesien anemia lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi, resiko tinggi terjadi komplikasi akibat transfusi yang berulang-ulang, gangguan rasa aman dan nyaman.

8.Pemeriksaan Diagnostik
•Studi hematologi : terdapat perubahan-perunahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anisositosis, foikilositosis, sel target, eritrosit yang imatur, penurunan hemoglobin dan hematokrit.
•Elektroforesis Hemoglobin : peningkatan hemoglobin F dan A2.

9.Pengkajian
1).Pengkajian Fisik
•Riwayat keperawatan
•Kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat, lemah, nafas cepat, hipoksia, kronik, nyeri tulang dan dada, menurunnya aktifitas dan anoreksia serta epistaksis berulang-ulang)
2.Pengkajian Psikososial
•Anak: usia, tugas perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi dengan penyakit mekanisme koping yang digunakan.
•Keluarga: respon emosional leluarga, koping keluarga yang digunakan keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress.
3). Diagnosa Keperawatan

DX I : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurangnya selera makan.
Tujuan: Pasien mendapat suplai zat besi adekuat dan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil: Nutrisi yang dihabiskan.
Intervensi:
•timbang BB setiap hari
•beri konseling diet pada pemberi perawatan, mengenai sumber besi dari makanan.
•kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai dan catat masukan makanan pasien

DX II : resiko tinggi cedera b/d kerusakan integritas kulit.
Tujuan: Mempertahankan intergritas kulit.
Kriteria hasil: Mengidentifikasi factor resiko / perilaku individu untukmencegah cedera dermal.
Intervensi:
•kaji integritas kulit, catat turgor, gangguan warna, hangat local.
•ajarkan perawatan kulit kering dan bersih
•bantu untuk perawatan pasif dan aktif.

DX III : Nyeri b/d anoreksia jaringan (krisis Vaso- oklusif)
Tujuan: Pasien tidak mengalami nyeri
Kriteria hasil:Anak tidak mengalami nyeri/ nyeri minimal.
Intervensi:
•kenali macam-macam analgesik, termasuk aploid, serta penjadwalan obat mungkin perlu dicoba
•hindari kompres dingin
•berikan pemanas pada area yang sakit.

DX IV :kurangnya pengetahuan b/d kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan:Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit, prosedur dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil: Mengidentifikasikan factor penyebab, melakukan tindakan yang perlu / perubahan pola hidup.
Intervensi:
•berikan informasi tentang thalasemia
•tinjauan umum dan persiapan untuk pemerisaak diagnostic
•jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk thalasemia.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TETANUS

I. Pengertian
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.
Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.

II.Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah.
Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui :
1.Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
2.Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
3.OMP, caries gigi
4.Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
5.Penjahitan luka robek yang tidak steril.

III. Proses Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
1.Riwayat kehamilan prenatal. Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT.
2.Riwayat natal ditanyakan. Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan persalinan yang bersih/higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3.Riwayat postnatal. Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat menetek (incubation period). Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat menetek dengan gejala kejang yang pertama (period of onset).
4.Riwayat imunisasi pada tetanus anak. Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan terakhir
5.Riwayat psiko sosial.
5.1. Kebiasaan anak bermain di mana
5.2. Hygiene sanitasi
6.Pemeriksaan fisik.

Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari tetanus, bayi normal dan bisa menetek dalam 3 hari pertama. Hari berikutnya bayi sukar menetek, mulut “mecucu” seperti mulut ikan. Risus sardonikus dan kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-tanda infeksi tali pusat kotor. Hipoksia dan sianosis.

Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut (trismus).Pada wajah : Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat kekakuan otot-otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata agak menyipit, sudut mulut keluar dan ke bawah.
Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot punggung, otot pinggang, semua trunk muscle.

Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum, mula-mula terjadi setelah dirangsang lambat laun anak jatuh dalam status konvulsius.
Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan nanah, atau gigitan binatang.
7.Pengetahuan anak dan keluarga.
8.Pemahaman tentang diagnosis
9.Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosa
10.Rencana perawatan ke depan.

Tata laksana pasien tetanus
Umum
1.Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi. Pemberian cairan secara i.v., sekalian untuk memberikan obat-obatan secara syringe pump (valium pump).
2.Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu tracheostomy.
3.Memeriksa tambahan oksigen secara nasal atau sungkup.
4.Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian valium/diazepam bolus i.v. 5 mg untuk neonatus, bolus i.v. atau perectal 10 mg untuk anak-anak (maksimum 0.7 mg/kg BB.Khusus
1.Antibiotika PP 50.000-100.000 IU/kg BB.
2.Sera anti. Dapat diberikan ATS 5000 IU i.m. atau TIGH (Tetanus Immune Globulin Human) 500-3.000 IU. Pemberian sera anti harus disertai dengan imunisasi aktif dengan toksoid (DPT/DT/TT)
3.Perawatan luka sangat penting dan harus secara steril dan perawatan terbuka (debridement).
4.Konsultasi dengan dokter gigi atau dokter bedah atau dokter THT

Pencegahan
1.Perawatan luka harus dicegah timbulnya jaringan anaerob pada pasien termasuk adanya jaringan mati dan nanah.
2.Pemberian ATS profilaksis.
3.Imunisasi aktif.
4.Khusus untuk mencegah tetanus neonatorum perlu diperhatikan kebersihan pada waktu persalinan terutama alas tempat tidur, alat pemotong tali pusat, dan cara perawatan tali pusat.
5.Pendidikan atau penjelasan kepada orang tua mengenai kebersihan individu dan lingkungan serta cara pemeriksaan dan perawatan di RS dan perlunya pemeriksaan lanjutan.

Diagnosa Keperawatan

Setelah pengumpulan data, menganalisa data, dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
1.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.
2.Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan sirkulasi (hipoksia berat).
3.Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada otot faring).
4.Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
5.Gangguan komunikasi verbal b.d. sukar untuk membuka mulut (kekakuan otot-otot masseter)
6.Risti gangguan pertukaran gas b.d. penurunan oksigen di otak.
7.Risti injuri b.d. kejang spontan yang terus-menerus (kurang suplai oksigen karena adanya oedem laring).

1.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi dehidrasi
Tidak terjadi penurunan BB
Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb
Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi

Intervensi :
1.Catat intake dan output secara akurat.
2.Berikan makan minum personde tepat waktu.
3.Berikan perawatan kebersihan mulut.
4.Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas.
5.Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan sesuaikan dengan kebutuhan.
6.Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari.
7.Tegakkan diet yang ditentukan dalam bekerja sama dengan ahli gizi.

2.Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada otot faring)
Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi aspirasi
Bunyi napas terdengar bersih
Rongga mulut bebas dari sumbatan

Intervensi :
1.Berikan O2 nebulizer
2.Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar.
3.Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk.
4.Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut.
5.Berikan perawatan kebersihan mulut.
6.Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan melihat waktu.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN NEUROBLASTOMA

A.DEFINISI
Neuroblastoma berasal dari embrionyc neural crest dan kelenjar adrenal merupakan tempat yang sering terkena, tumor ini mempunyai keganasan yang tinggi pada bayi dan anak. Biasanya di temukan pada anak usia 2-4 tahun (prof. DR Iskandar W, 1985).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada system persarafan yang berasal dari sel-sel saraf yang terdapat paa medula adrenal dan system saraf simpatik (Sumadi. 2001).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada sistem persarafan yang berasal dari sel – sel saraf yang terdapat pada sistem saraf simpatis dan medula adrenal.

B.ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui. Mungkin berhubungan dengan faktor keturunan karena pada sel-sel tumor ditemukan kelainan genetik tertentu.

C.PATOFISIOLOGI
Sel-sel kanker yang berasal dari medula adrenal dan system saraf simpatik berploriferasi,menekan jaringan sekitarnya, kemudian menginfasi sel-sel normal disekitarnya.
Tahap-tahap pada neuroblastoma:

•Tahap I : tumor terlokalisasi pada daerah asal tumor, nodus limfe belum terkna
•Tahap II : tumor unilateral, nodus limfe belumterkena
•Tahap III : tumor menginfiltrasi kearaah tengah, tumor unilateral dengan terkenanya nodus limfe, tumor mengenai seluruh nodus limfe.
•Tahap IV : tumor menginvasi nodus limfelebih jauh, mengenai tulang sumsum tulang, hati dan organ lain.
•Tahap IV-S : tumor dengan cirri tahap I atau II tetapi dngan metastase pada hati, sumsum tulang atau kulit.simpatis

Neuroblastoma berasal dari sel Krista neuralis system saraf dan karena itu dapat timbul dimanapun dari fossa kranialis sampai koksik. Secara histologis, Neuroblastoma terdiri atas sel bulat kecil dengan granula yang banyak

D.MANIFESTASI KLINIS
Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh. Kanker ini berasal dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis (bagian dari sistem saraf yang mengatur fungsi tubuh involunter/diluar kehendak, dengan cara meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang hormon tertentu).
Gejalanya tergantung kepada asal tumor dan luas penyebarannya.
Gejala awal biasanya berupa perut yang membesar, perut terasa penuh dan nyeri perut. Gejalanya juga bisa berhubungan dengan penyebaran tumor:
1.Kanker yang telah menyebar ke tulang akan menyebabkan nyeri tulang.
2.Kanker yang telah menyebar ke sumsum tulang menyebabkan:
-Berkurangnya jumlah sel darah merah sehingga terjadi anemia
-Berkurangnya jumlah trombosit sehingga anak mudah mengalami memar berkurangnya jumlah sel darah putih sehingga anak rentan terhadap infeksi
3.Kanker yang telah menyebar ke kulit bisa menyebabkan terbentuknya benjolan- benjolan di kulit
4.Kanker yang telah menyebar ke paru-paru bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
5.Kanker yang telah menyebar ke korda spinalis bisa menyebabkan kelemahan pada lengan dan tungkai.
Sekitar 90% neuroblastoma menghasilkan hormon (misalnya epinefrin, yang dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan terjadinya kecemasan).Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
-Kulitnya pucat
-Di sekeliling mata tampak lingkaran hitam
-Kelelahan menahun, kelelahan yang berlebihan berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
-Diare
-Rasa tidak enak badan (malaise) berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
-Keringat berlebihan
-Gerakan mata yang tak terkendali
-Rewel.
Neuroblasma mempunyai memtestasi bermacam-macam tergantung pada lokasi T-primer dan metastasenya:
-Perut: akibat adanya massa, tidak nyeri, massanya ireguler dan padat, melewati garis tengah pada tubuh.
-Hati: pembesaran hati, sering terjadi pendarahan, pasien tampak pucat akibat anemi.
-Tulang Kranium: nyeri dan osteoporosis, sumsum tulang dapat menghentikan produksi sel-sel darah dan menimbulkan pansitopenea, petechi, ekimosis, terkadang terjadi diare kronik yang merupakan mamtestasiawal dari neuroblasmatoma hipertensi ditemukan pada 25% kasus.

E. KOMPLIKASI
1.Metastase
2.Prognosis buruk

F.PEMERIKSAAN FISIK
1.CT scan untuk mengetahui keadaan tulang pada tengkorak, leher, dada, dan abdomen.
2.Punksi sumsum tulang untuk mengetahui lokasi tumor atau metastase tumor.
3. Analisa urine untuk mengetahui adanya vanillylmandelic aci (VMA). Homovillic acid (HVA),dapomine, norepinephrin.
4. Analisa kromosom untuk mengetahui adanya gen N-myc
5. Meninngkatkan ferritin, neuron-specific enolase (NSE), gangnoside (GD2)

G.PENATALAKSANAAN MEDIS
1.Pemeriksaan Penunjang.
- Lab ~ LED
- Analisa urin untuk mengetahui adanya vanillymandelic acid (UMA) homovillic acid (HUA),dopamine, norepinephrine.
-Analileurumosum untuk mengatahui adanya gen N-nya.
-t-scan untukmengetahui keadaan tulang pada tengkorak,leher dada dan abdomen.
-Fungsi sumsum tulang untuk mengatahui lokasi tumor atau metastase tumor.
-Meningkatnya fetritin, Neuron-Spesific Enolose(NSE), Ganglioside (GD2)
-Radiologis
*Foto thoraks.
*Foto polos abdomen.
*Pielografi intravena.
*Reno ateriogram.

G.PENANGANAN
Adapun penanganannya antara lain adalah:
1.Pengobatan
Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada lokasi, penyebaran dan usia penderita. Jika kanker belum menyebar, biasanya diangkat melalui pembedahan.
Jika kanker berukuran besar atau telah menyebar, diberikan kemoterapi (obat anti-kanker vincristine, siklofosfamid, doksorubisin dan cisplastin) atau terapi penyinaran. Pemberian vitamin B12 dosis tinggi ada baiknya, walaupun belum diketahui pasti kegunaannya.

2.Terapi Pengobatan.
-Pembedahan pada saat perkembangan tumor pada tahap I dan II.
-Radioterapi pada saat tumor berada pada tahap III.
-Kemoterapi dapat dilakukan baik pada tumor pada tahap awal maupun tahap lanjut.
Obat-obatan pilihan diantaranya adalah vincristin, doxotuban, cyclophosphamide, adriamycia, crsplatia

H.FOKUS PENGKAJIAN
-Pemeriksaan fisik
-Riwayat penyakit
-Kaji adanya rasa nyeri, demam, kelemahan, berat badan menurun, anemia.
-Kaji adanya masa diabdomen, inkontinensia atau retensi urin, ekimosis pada supsaorbital, exoptalmus, paralysis akibat kompresi pada saraf spinal.

I.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Risiko injury berhubungan dengan mengganasnya tumor, proliferasi sel, dan dampak pengobatan.
2.Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh
3.Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
4.Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pemeriksaan diagnostic, efek fisiologi neoplasma.

J.INTERVENSI
1.Risiko injury berhubungan dengan mengganasnya tumor, proliferasi sel, dan dampak pengobatan.
Tujuan: Mempertahankan kemoterapi
Kriteria hasil: Anak akan sembuh dari penyakit baik secara sebagian maupun secara keseluruhan dan anak tidak akan mengalami komplikasi dari kemoterapi
Perencanaan
a.Memberikan kemoterapi sesuai dengan anjuran
b.Siapkan anak dan keluarga apabila akan dilakukan pembedahan
c.Observasi tanda-tanda cystitis
d.Membantu anak dalam program radioterapi
2.Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh
Tujuan: Meningkatkan system pertahanan tubuh.
Kriteria hasil: Anak tidak akan memperlihatkan gejala-gejala infeksi


Perencanaan
a.Memberikan vaksinasi dari virus yang tidak diaktifkan (misalnya varicella, polio salk, influenza)
b.Kolaborasi untuk pemberian obat
c.Menggunakan teknik aseptic untuk seluruh prosedur invasive

3.Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan: Mengurangi mual dan muntah.
Kriteria hasil: Anak tidak akan mengalami mual atau muntah.
Perencanaan
a.Kolaborasi untuk pemberian cairan infuse untuk mempertahankan hidrasi.
b.Menghindari memberikan makanan yang memiliki aroma yang merangsang mual atau muntah.
c.Menganjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering.

4.Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pemeriksaan diagnostic, efek fisiologi neoplasma.
Tujuan: Mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil: Anak tidak akan mengalami rasa nyeri atau nyeri dapat berkurang.
Perencanaan
a.Memberikan teknik untuk mengurangi rasa nyeri nonfarmakologi.
b.Kaji adanya kebutuhan klien untuk mengurangi rasa nyeri
c.Evalasi efektivitas terapi pengurangan rasa nyeri secara teratur untuk mencegah timbulnya nyeri yang berulang.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MENINGITIS

A.Pengertian
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat. (Suriadi, 2001).
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges dan CSF (Wong, 2003).

B.Etiologi

Bakteri
Pada neonatus, organisme primer penyebab meningitis adalah basil enteric gram negatif, batang gram negatif dan streptokokus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis adalah haemophilus influenzae tipe B. Meningitis pada anak yang lebih besar umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningitidis atau infeksi stafilokokus.

Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan

Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang mendapat obat-obat imunosupresi

Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan system persarafan.

C.Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan cara hematogen atau limfogen, perkontuinitatum, retrograd melalui saraf perifer atau dapat langsung masuk CSF.
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel – sel sebagai respon peradangan. Eksudat yang terbentuk terdiri dari bakteri – bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang sub arachnoid. Penambahan eksudat di dalam ruang sub arachnoid dapat menimbulkan respon peradangan lebih lanjut dan meningkatkan tekanan intra cranial. Eksudat akan mengendap di otak, syaraf-syaraf spinal dan spinal. Sel – sel meningeal akan menjadi edema dan membran sel tidak dapat lebih panjang lagi untuk mengatur aliran cairan yang menuju atau keluar dari sel. Vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat terjadi, sehingga dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah. Jaringan otak dapat menjadi infark, sehingga dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial lebih lanjut. Proses ini dapat menimbulkan infeksi sekunder dari otak jika bakteri makin meluas menuju jaringan otak sehingga menyebabkan encephalitis dan ganggguan neurologi lebih lanjut (Wong, 2003 dan Pillitteri, 1999).

D.Manifestasi Klinis
1.Neonatus
Demam
Letargi
Iritabilitas
Refleks hisap buruk
Kejang
Tonus buruk
Diare dan muntah
Fontanel menonjol
Opistotonus

2.Bayi dan anak kecil
Letargi
Iritabilitas
Pucat
Anoreksia
Mual dan muntah
Peningkatan lingkar kepala
Fontanel menonjol
Kejang

3.Anak lebih besar
Sakit kepala
Demam
Muntah
Iritabilitas
Fotofobia
Kaku kuduk dan tulang belakang
Tanda Kernig positif
Tanda Burzinski positif
Opistotonus
Konfusi
Kejang

E.Pemeriksaan Penunjang
1.Pungsi lumbal dan kultur CSS
Jumlah leukosit (CBC) meningkat
Kadar glukosa darah menurun
Protein meningkat
Tekanan cairan meningkat
Asam laktat meningkat
Glukosa serum meningkat
Identifikasi organisme penyebab
2.Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3.Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4.Kultur nasofaring, untuk menetapkan organisme penyebab
5.Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi ; Na+ naik dan K+ turun
6.Osmolaritas urin, meningkat dengan sekresi ADH

F.Komplikasi
Hidrosefalus obstruktif
Meningococcal septicemia (meningocemia)
Sindrom Water-Friderichsen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
SIADH (Syndrome Inappropiate AntidiureticHormone)
Efusi subdural
Kejang
Edema dan herniasi serebral
Cerebral Palsy
Gangguan mental
Attention deficit disorder
Tuli
Buta

G.Penatalaksanaan
Isolasi
Terapi antimikroba : antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi
Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema serebral
Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada anak yang mengalami DIC
Mengontrol kejang : pemberian anti epilepsi
Mempertahankan ventilasi
Mengurangi meningkatnya tekanan intra kranial
Penatalaksanaan syok bakterial
Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
Memperbaiki anemia

H.Pengkajian keperawatan
Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma, riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala
Pengkajian neurologik
Kaji status hidrasi
Kaji adanya defisit sensoris
Kaji respon keluarga

I.Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1.Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan intra kranial
2.Hipertermia b.d proses infeksi
3.Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran
4.Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
5.Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah

J.Intervensi Keperawatan
1.Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan kranial
Kriteria hasil : Anak akan melaporkan nyeri kepala hilang atau terkontrol
Intervensi/rasional :
Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Mengurangi reaksi terhadap stimulan dari lingkungan
Tingkatkan tirah baring
Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit
Rasional : menurunkan iritasi meningeal
Kolaborasi : pemberian analgetik
Rasional : menghilangkan nyeri yang berat
2.Hipertermi b.d proses infeksi
Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal
Intervensi /rasional :
Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
Rasional : suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
Pantau suhu lingkungan
Rasional : Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal
Berikan kompres hangat
Rasional : Untuk mengurangi demam
Berikan selimut pendingin
Rasional : Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C
Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik
Rasional : Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus
3.Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran
Kriteria hasil : Mempertahankan fungsi persepsi
Intervensi/rasional :
Kaji tingkat kesadaran sensorik
Rasional : Tingkat kesadaran sensorik yang buruk dapat meningkatkan resiko terjadinya injury
Kaji reflek pupil, extraocular movement, respon terhadap suara, tonus otot dan reflek-reflek tertentu
Rasional : Penurunan reflek menandakan adanya kerusakan syaraf dan dapat berpengaruh terhadap keamanan pasien
Hilangkan suara bising
Rasional : Menurunkan stimulan dari lingkungan
Bicara dengan suara yang lembut dan pelan
Rasional : dapat membantu pasien dalam berkomunikasi
4.Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
Kriteria hasil : Perfusi jaringan serebral maksimal
Intervensi :
Observasi tingkat kesadaran dan nilai status neurology setiap 1-2 jam
Rasional : Berguna untuk menentukan lokasi dan luasnya penyebaran kerusakan serebral
Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan yang meningkat, kejang
Rasional : Merupakan indikasi iritasi meningeal
Pantau tanda vital
Rasional : kehilangan fungsi autoregulasi mungkin dapat mengikuti kerusakan vascular serebral
Pantau pola dan irama pernafasan
Rasional : dapat mengindikasikan peningkatan TIK
Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan
Rasional : untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan TIK
Kolaborasi dengan tim medis : pemberian steroid, asetaminofen
Rasional : Dapat menurunkan permeabilitas kapiler sehingga pembentukan edema serebral dapat diminimalkan
5.Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah
Kriteria hasil : Masukan nutrisi adekuat
Intervensi/rasional :
Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi
Rasional : Berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan
Timbang BB setiap hari
Rasional : Menunjukkan status nutrisi
Auskultasi bising usus
Rasional : Menentukan respon makan atau berkembangnya komplikasi
Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan
Kolaborasi dengan tim gizi
Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien

K.Discharge Planning
Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat dan pemantauan efek samping
Ajarkan bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat ; makanan rendah lemak
Jelaskan pentingnya istirahat
Ajarkan cara mencegah infeksi
Ajarkan pada orang tua untuk memantau komplikasi jangka panjang serta tanda dan gejalanya

ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

A.PENGERTIAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).

B.PENYEBAB ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:

1.Faktor eksogen
a.Sinar x, sinar radioaktif.
b.Hormon.
c.Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti neoplastic agent).

2.Faktor endogen
a.Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)
b.Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom Down).
c.Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).
(Ngastiyah, 1997)

C.PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).

D.TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain:

1.Pilek tak sembuh-sembuh
2.Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3.Demam, anoreksia, mual, muntah
4.Berat badan menurun
5.Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
6.Nyeri tulang dan persendian
7.Nyeri abdomen
8.Hepatosplenomegali, limfadenopati
9.Abnormalitas WBC
10.Nyeri kepala

E.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia adalah:

1.Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
a.Ditemukan sel blast yang berlebihan
b.Peningkatan protein


2.Pemeriksaan darah tepi
a.Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b.Peningkatan asam urat serum
c.Peningkatan tembaga (Cu) serum
d.Penurunan kadar Zink (Zn)
e.Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif

3.Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut

4.Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum

5.Sitogenik:
50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a.Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
b.Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c.Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil

F.PENGOBATAN PADA ALL
1.Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberi¬kan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda tanda DIC dapat dibe¬rikan heparin.

2.Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhir¬nya dihentikan.

3.Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6 merkaptopurin atau 6 mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriami¬sin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama sama dengan prednison. Pada pemberian obat obatan ini sering terdapat akibat samping beru¬pa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.

4.Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).

5.Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah ter¬capai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyunti¬kan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.

6.Cara pengobatan.
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalaman¬nya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:

a.Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berba¬gai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sam¬pai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.

b.Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.

c.Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.

d.Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3 6 bulan dengan pemberian obat obat seperti pada induksi se-lama 10 14 hari.

e.Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.400¬2.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia sereb¬ral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.

f.Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
(FKUI, 1985)

G.MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Adanya keganasan menimbulkan masalah keperawatan, antara lain:
1.Intoleransi aktivitas
2.Resiko tinggi infeksi
3.Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn
4.Resiko cedera (perdarahan)
5.Resiko kerusakan integritas kulit
6.Nyeri
7.Resiko kekurangan volume cairan
8.Berduka
9.Kurang pengetahuan
10.Perubahan proses keluarga
11.Gangguan citra diri / gambaran diri


H.PERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
1.Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas:
a.Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah, kadar Hb rendah.
b.Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis
c.Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan
d.Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang
e.Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
f.Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas
g.Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi
h.Jika diprogramkan, berikan packed RBC

2.Mencegah terjadinya infeksi
a.Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / menit.
b.Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko infeksi meningkat, maka:
1).Tampatkan pasien dalam ruangan khusus
2).Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan.
3).Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi
c.Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif
d.Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam)
e.Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering.
f.Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3 liter / hari
g.Berika terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan
h.Yakinkan pemberian makanan yang bergizi.

3.Mencegah cidera (perdarahan)
a.Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus.
b.Pantau tanda vital dan nilai trombosit
c.Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik
d.Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak
e.Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema
f.Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai kulit.

4.Memberikan nutrisi yang adekuat
a.Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien
b.Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
c.Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan bunyi
d.Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari
e.Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat
f.Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral dan NPT yang diprogramkan.

5.Mencegah kekurangan cairan
a.Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
b.Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi
c.Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang mual / muntah
d.Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering
e.Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi

6.Antisipasi berduka
a.Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga
b.Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif
c.uangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express feeling
d.Fasilitasi express feeling melalui permainan

7.Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang:
a.Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan.
b.Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll.
c.Aktivitas dan latihan sesuai toleransi
d.Mengatasi kecemasan
e.Pemberian nutrisi
f.Pengobatan dan efek samping pengobatan

8.Meningkatkan peran keluarga
a.Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik
b.Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf SR
c.Dorong keluarga untuk express feelings
d.Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si anak

9.Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri
a.Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya
b.Berikan informasi yang mendukung pasien ( misal; rambut akan tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.)
c.Dukung interaksi sosial / peer group
d.Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala.