Kamis, Juni 30, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIV/AIDS

1.DEFENISI
AIDS adalah suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan).
Kasus AIDS yang terjadi pada anak pertama kali di temukan pada tahun 1982, sekitar bulan September 1992, jumlah kasus anak telah tercatat sebanyak 4051 dan jumlah ini semakin meningkat setiap tahunnya.

2.ETIOLOGI
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
-Pemakaian obat oleh ibunya
-Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
-Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi
Anak-anak (mereka yang berusia < 13 tahun) biasanya mendapatkan penyakit ini pada saat persalinan, tranfusi dan penatalaksanaan hemofilia. Pada bulan Desember 1989, presentase rata-rata cara penularan diatas berturut-turut sebesar 83%, 9% dan 5%, sisanya 3% tidak diketahui penyebabnya. Selain itu anak-anak memndapatkan mungkin juga terkena infeksi HIV melalui tindakan sexual termasuk pemerkosaan. Tiga cara tranfusi dari ibu keanaknya terjadi melalui plasenta, kontak didarah ibu pada saat persalinan, dan ASI, seksio caesarea tidak dapat mencegah terjadinya infeksi saat persalinan.

3.MANIFESTASI KLINIS
Pada anak-anak gejala yang timbul sangat bervariasi, tergantung dari usia saat anak mulai terkena. Anak-anak terkena AIDS juga sangat peka terhadap terjadinya infeksi kondidiasis oral, diare, infeksi pernafasan, demam yang tak dapat diketahui dan perkembangan yang terhambat. Pada balita biasanya gejala dapat berupa parotitis, limfa denopati umum, infeksi bakteri berulang, penyakit neurologi atau abnormalitas perkembangan. Pada anak lebih besar gejala yang timbul antara lain kegagalan perkembangan, hepatosplenomegali, pneumonia interstisial kronik, atau kombinasi penyakit-penyakit lain.

4.PATOFISIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus HIV, jadi virus HIV yang menjangkit ketubuh sehingga anak menjadi sakit, setelah terjangkit HIV, masih diperlukan bertahun-tahun agar dapat berkembang menjadi AIDS, tergantung daya tahan tubuh.
AIDS muncul, setelah daya tahan tubuh, yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit, runtuh oleh virus HIV, yaitu dihancurnya sel-sel lifosit T (Sl-T), karena kekurangan Sel-T, aka anak mudah sakit, terserang infeksi dan penyakit lain, kanker sekalipun. Jadi bukan AIDS yang menyebabkan kematian anak, tapi ma\elainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.

5.KOMPLIKASI
Komplikasi pada paru-paru yang sering terjadi adalah pneumonia Pneumaeytysis Cariis (PPC), Pneumonia Interstitial Limfoid, TB Paru dan virus kinstial pernafasan, seperti halnya pada orang dewasa, PPC merupakan indikator AIDS yang utama.

6.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Himpofenisia T4 (helper) disertai penurunan jumlah linfosit T4 absolut dan ratio perbandingan T4 : T8 yang terbalik merupakan tanda utama adanya infeksi HIV. Walaupun begitu anak-anak terinfeksi HIV bisasaja mempunyai nilai hitung T4 yaitu normal, sel-sel B bisa juga menunjukkan perubahan; biasanya terjadi hipergamaglebulinemia, tetapi mungkin juga terjadi kebalikannya.
Pemeriksaan laboratorium biasanya terbagi 3 yaitu :
-Pembuktian adanya antibody atau antigen
-Pemeriksaan status imunitas
-Pemeriksaan terhadap infeksi apertunistik dan keganasan

7.PENTALAKSANAAN
a). Pengobatan
Pengobatan zidovadin untuk anak diberikan dosis umum melalui oral adalah 180 h/m2 1 x 6 jam atau 4 x/hari.
b). Imunisasi.

8.DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN ANAK
a.Aktivitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi terhadap aktivitas kurang, lelah / malaise, perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, frekuensi jantung, pernafasan.
b. Sirkulasi
Gejala : Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia), perdarahan lama bila ada cedera.
Tanda : Takikardi, perubahan TD postural, menurunnya nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas Ego
Gejala : Berat badan menurun, leci cacat.
Tanda : Menangis, takut, kontak mata kurang.
d. Eliminasi
Gejala : Diare kronik / intermiten, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : Feces encer atau tanpa disertai dengan mokus atau darah, nyeri tekan abdomen, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urine.
e. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan, mual / muntah, infagia, penurunan BB yang cepat / progresif.
Tanda : Adanya bising usus hiperaktif, penurunan BB, badan kurus, menurunnya lemak subkuan / massa otot, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi kurang / gusi yang buruk, gigi yang tanggal, parotitis.
f. Higine
Tanda : Penampilan kusut.
g. Neurosensori
Gejala : Pusing-pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kegagalan perkembangan intelektual, kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada ekstremitas.
Tanda : Perubahan status mental, apatis, retardasi, psikomator / respons melambat, refleks tidak normal, menurunya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.
h. Nyeri / Keamanan
Gejala : Nyeri umum / lokal, sakit, menangis, sakit kepala, demam.
Tanda : Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan, gerak melindungi bagian yang sakit, badan panas.
i. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek yang progresif, batuk, bendungan atau sesak pada dada.
Tanda : distres pernafasan, takipnea, perubahan bunyi nafas (adventisius), sputum).
j. Keamanan
Gejala : Demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Rektum kuku-kuku perianal / abses, timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfa (leher, axila, paha), badan lemah, tekanan otot lemah, perubahan gaya berjalan.
k. Imunisasi
Imunisasi tidak lengkap / tidak pernah imunisasi.
l. Riwayat Orang Tua
Riwayat ibu terinfeksi HIV – Positif, kebiasaan konsumsi obat-obatan narkotik melalui intravena, seks bebas.

9.DIAGNOSA KEPERAWATAN
-Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan sistem imun yang didapat, respon dan inflamasi tertekan, prosedur invasif, malnutrisi, penyakit kronis (infeksi).
-Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan, diare, diaforesis, muntah, pembatasan pemasukan : Anoreksia, mual, alergi, status hipermetabolisme : demam.
-Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi ventilasi (PCP / pneumonia interstisial, anemia).
-Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, ketidakmampuan mencerna, mual/muntah, diare, gangguan interstisial, ditandai dengan BB menurun, penurunan lemak subcutan/massa otot, anoreksia, perubahan indra pengecap, bising usus hiperaktif, diare, puratitis.
-Nyeri : Akut / kronis berhubungan dengan inflamasi / kerusakan jaringan : infeksi, lesi kutaneus internal / exsternal,ekskroisasi rektal, nekrosis, ditandai dengan ada rasa nyeri, gerak melindungi bagian yang sakit, perubahan pada denyut nadi : kejang otot, anoreksia, lemah otot, parestesis, paralisis, menangis, gelisah, badan panas.
-Resiko tinggi / aktual terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Aktual : Defisit imunologis, resti : penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi, malnutrisi, perubahan status metabolisme. Ditandai dengan lesi kulit, ulserasi, fermasi, ulkus dekubitus (aktual).
-Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab patogen, (misal candida, herpes, ks), kesehatan oral tidak efektif ditandai dengan lsi ulkus terbuka, vertikal, rasa sakit / tidak nyaman pada bagian oral, stomatitis : leukoplakia, gingivitis dan karies gigi.
-Kelemahan berhubungan dengan perubahan produksi energi metabolisme, peningkatan kebutuhan energi ditandai denga mudah lelah, intoleransi aktivitas, lemah / malaise, otot lemah, menurun massa otot.
-Resiko tinggi terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pngasingan dari orang terdekat / orang tua, ketidak adekuatan perawatan, respons pengasuh tidak konsisten, tidak adanya dukungan orang tua.
-Kurang pengetahuan orang tua mengenai kondisi pregnosis, dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber dan kurang mengingat ditandai dengan meminta informasi, pernyataan salah konsepsi, ketidak adekuatan mngikuti intraksi.

10.RENCANA KEPERAWATAN
Dx 1: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitas yang tdk terorganisir
Tujuan : Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk purulent)
Tindakan :
a.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
R/.Resiko cros infeksi dpt melalui prosedur yang dilakukan
b.Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup.
R/.Lingkungan yang kotor akan meningkatkan pertumbuhan kuman pathogen
c.Informasikan perlunya tindakan isolasi.
R/.Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiaknya kuman pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsung dgn kuman pathogen.
d.Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.
R/.Peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder.
e.Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan karakterostik sputum.
f.Observasi kulit/membrane mucosa kemungkinan adanya lesi/perubahan warna bersihkan kuku setiap hari.
R/Luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka.
g.Perhatikan adanya tanda-tanda adanya inflamasi.
R/Panas kemerahan pembengkakan merupakan tanda adanya infeksi.
h.Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri.
R/Tindakan prosuder dapat menyebabkan perlukaan pada permukaan kulit.

Dx 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.
Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat
Tindakan :
a.Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang.
R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun menunjukkan adanya dehidrasi.
b.Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat, pertahankan pakaian tetap kering, kenyamanan suhu lingkungan.
R/Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme.
c.Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.
d.Timbang BB setiap hari.
R/.penurunan BB menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh.
e.Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr.
R/Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mucosa.
f.Berikan maknan yang mudah dicerna dan tdk merangsang.
R/Peningkatan peristaltic menyebabkan penyerapan cairan pada dinding usus akan kurang.

Dx 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.
Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.
Tindakan:
a.Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.
R/Lesi pada mulut, esophagus dpt menyebabkan disfagia.
b.Auskultasi bising usus.
R/Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan menurunkan tingkat penyerapan usus.
c.Timbang BB setiap hari.
R/BB sebagai indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat hindari adanya stimulus leingkungan yang berlebihan.
d.Berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol.
R/Pengeringan mucosa, lesi pd mulut dan bau mulut akan menurunkan nafsu makan.
e.Rencanakan makan bersama keluarga/org terdekat. Barikan makan sesuai keinginannya (bila tdk ada kontraindidkasi).
R/sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volume sedikit dan dorong klien untuk duduk saat makan.

Dx.4.Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.
Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif
Tindakan:
a.Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan nafas/peningkatan sekresi.
b.Catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas dan penggunaan otot asesoris.
c.Berikan posisi semi fowler.
d.Lakukan section bila terjadi retensi sekresi jalan nafas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar