Senin, Agustus 02, 2010

Menghitung "nilai panggul"

Menghitung "nilai panggul"

Konon, bunda sendirilah yang mestinya menyadari bayinya sungsang atau melintang. Pada usia kehamilan 7 - 8 bulan, normalnya gerakan janin lebih banyak di atas pusar ibu, yang berasal dari gerakan kaki. Bagian keras janin (kepala) lebih banyak menekan perut bagian bawah ibu dan jarang menimbulkan rasa sesak. Soalnya, yang berada di dekat tulang iga ibu adalah bagian lunak janin, yaitu bokong. Sebaliknya, pada letak sungsang, gerakan janin lebih banyak di bawah pusar ibu, kepala janin pun mendesak tulang iga ibu, menimbulkan rahim sesak dan tertekan.
Pemeriksaan seksama dengan USG akan memastikan letak janin yang tak normal ini, apakah sungsang, letak lintang, atau hamil kembar. Letak sungsang dikenal pula dengan istilah kelahiran bokong dengan empat kemungkinan . Kemungkinan pertama, bokong sempurna atau bokong kaki, jika kedua tungkai terlipat depan perut . Kedua, bokong murni, kalau kedua tungkai menekuk lurus ke arah depan tubuh hingga bekerja sebagai bidai yang mengurangi kebebasan gerak janin . Ketiga, bokong kaki, satu atau dua kaki mengarah ke jalan lahir . Terakhir, bokong lutut, satu atau dua lutut menghadap jalan lahir.
. Pada hamil kembar yang memiliki enam kemungkinan, letak terbaik adalah kedua kepala di bawah . Lima kemungkinan lainnya tergolong letak yang menyulitkan, yaitu kepala dan bokong, dua-duanya bokong, kepala dan letak lintang, bokong dan letak lintang, serta dua-duanya letak lintang sampai .
Nah, bila sudah ketahuan sungsang atau melintang, orang-orang tua kita biasanya menasihati ibuhamil agar rajin menungging, bisa dengan mengepel lantai atau menunduk dalam salat, agar letak bayi normal. Benarkah? "Kemungkinan berhasilnya kurang dari 60%," ujar dr. Harijanto.
Begitu juga saran agar si ibu memakai korset atau semacam celana bersepeda nan ketat guna mempertahankan letak janin yang sudah kembali normal, dikatakan dr. Harijanto tak efektif. "Kalau janin akan berbalik kembali ke posisi tak normal, bisa saja terjadi," tambahnya.
Yang biasanya dilakukan dokter untuk mengatasi letak sungsang atau lintang ketika kandungan memasuki usia 32 minggu, umumnya adalah versi (memutar janin ke letak yang benar). Pada pendidikan kebidanan dan kedokteran, sampai kini masih diajarkan cara versi "dalam" (tangan dokter atau bidan merogoh ke dalam rahim ibu) dan versi "luar" (pemutaran dilakukan di luar perut ibu). Tapi praktiknya, "Sejak sekitar 10 tahun terakhir, versi 'dalam' tak dilakukan lagi, karena tingginya tingkat kesakitan (cedera, cacat) dan kematian bayi," kata dr. Harijanto.
Versi "luar" sendiri baru dapat dilakukan setelah kepala dan bokong sudah bisa dipegang, serta kondisi ibu dan janin memungkinan. Yakni ibu tak memiliki riwayat darah tinggi, perdarahan, cacat rahim karena pernah bedah caesar, menderita tumor, letak ari-ari menutupi jalan lahir atau terlepas dari rahim. Juga, bukan hamil kembar, ketuban terlalu banyak (kalaupun diputar, janin akan kembali ke letak tak normal), janin besar (lebih dari 4 kg), pembukaan jalan lahir tak boleh lebih dari 3 cm, dan ketuban belum pecah. Pada hamil kembar, versi "luar" hanya dilakukan pada bayi kedua, jika bayi pertama sudah membuka jalan lahir.
Persalinan lewat liang lahir (vagina) pada pasien hamil melintang dan sungsang berisiko 7 - 10 kali lebih tinggi daripada posisi normal (kepala di bawah). Itu pun dengan syarat, ibu dan bayinya mempunyai nilai lebih dari lima dalam skala nilai panggul Zatuchni-Androsi. Skala ini bersandar pada enam penilaian, yaitu anak keberapa, usia kehamilan, taksiran berat janin, riwayat kelahiran sungsang/lintang terdahulu, pembukaan bibir rahim, dan turunnya bokong.
Bila pada kelahiran pertama panggul ibu masih kaku, janin besar, persalinan sulit, trauma pada bayi, bayi lahir mati, mulut rahim masih tebal dan tertutup, sebaiknya persalinan liang lahir tak ditempuh. Bedah caesar menjadi pilihan terbaik mengatasi kehamilan sungsang, lintang, dan kembar (terutama kembar tiga atau lebih). Pertimbangan utamanya tentu kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi. "Ingat, persalinan sungsang dan lintang bukanlah kelahiran normal," tegas dr. Harijanto. Bila kelahiran "alami" dan "normal" lewat liang lahir dipaksakan, ibu bisa menderita perdarahan hebat dan robek rahim. Bersamaan dengan itu, kemungkinan cedera mengancam di seluruh tubuh bayi, dari otak sampai anggota badan.
Bayi juga bisa menderita hipoksia (kekurangan oksigen) yang berpotensi menimbulkan cedera otak, lumpuh kaki atau tangan akibat tak lancarnya proses keluar dari liang lahir. Baik si anak maupun orangtua bisa menderita seumur hidup, karena cacat ini bersifat menetap dan sangat sulit diobati.
"Bila kita tinggal di kota atau tempat dengan peralatan dan tenaga medis memadai untuk bedah caesar, mengapa harus memaksakan keluarnya bayi sungsang dan melintang lewat liang lahir yang sulit dan berisiko tinggi? Jangan mudah berburuk sangka, bahwa dokter dan rumah sakit hanya ingin mudah dan banyak dapat uang dari bedah caesar. Kalau anak kita akhirnya jadi cacat, padahal sebenarnya bisa dicegah, siapa yang akan menyesal?" kata dr. Hardi Susanto dan dr. Harijanto senada.
Memang sudah sepantasnya kita menyambut kedatangan si kecil dan berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk memeliharanya. Salah satunya, dengan memberikan yang terbaik buat buah hati bernasib sungsang dan melintang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar