Kamis, Desember 23, 2010

pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Memiliki anak sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkan tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara seksama, khususnya memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
Angka kematian perinatal pada tahun 1984 diperkirakan 45/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian perinatal adalah asfiksia, komplikasi BBLR, tetanus neonatum dan trauma kelahiran. Sebagian besar dari kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik dan pertolongan persalinan yang diberikan bersih dan aman (Depkes Republik Indonesia, 2002).
Anak yang lahir di negara maju dan negara berkembang mempunyai masa depan yang sangat berbeda. Dari data UNICEF 1980, yang dikutip dari Morley menunjukkan perbedaaan tersebut :
Negara Maju Negara Berkembangan
1. Kemungkinan meninggal sebelum umur 1 tahun
2. Umur harapan hidup
3. Kesempatan diperiksa tenaga kesehatan
4. Kemungkinan lama sekolah
(Soetjiningsih, 2002) 1:100
70 tahun
semua
11 tahun 1:5
50 tahun
1:10
2 tahun
Seperti kita ketahui bahwa masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti, flu, diare, bronkhitis atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau menggangu proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa maupun prilakunya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
AKB dan AKBAL di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sekitar 1,2 – 1,3 kali lipat. AKB di Indonesia tahun 1997 sebesar 52 dan AKBAL sekitar 19 per 1000 KH. Hal tersebut berarti dari sekitar 4 juta bayi lahir pertahun 300.000 meninggal sebelum ulang tahunnya ke 5 atau sekitar 800 balita meninggal per hari atau satu balita Indonesia meninggal setiap 2 menit. AKB terendah adalah 29 per 1000 KH (DKI Jakarta) dan tertinggi 98 per 1000 KH (Nusa Tenggara Barat). Menurut profil kesehatan 1996, selain propinsi NTB ada propinsi lain yang mempunyai AKB diatas angka nasional , yaitu : Lampung, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Irian Jaya, Kalimantan Selatan. (SDKI, 1997).
Beberapa teori perkembangan yang dianut oleh Erik Erikson, Sigmund Freud, Jean Piaget dan Robert Sears, mereka menyoroti perkembangan dari berbagai aspek yang berbeda, namun semua sepakat bahwa proses perkembangan terjadi selangkah-demi selangkah secara urut dan teratur. Erikson mengungkapkan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Sedangkan Sigmund Freud terkenal sebagai penggali teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami selama perkembangan psikososialnya. Jean Piaget adalah pakar paling terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Adapun inti pengertian teori Piaget menurut Mönks adalah bahwa perkembangan dipandang sebagai kelanjutan generasa – embrio. Sears mengembangkan teori belajar yang dikaitkan dengan perilaku anak dalam perkembangan. Ia juga sangat menekankan pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya, ia berpendapat bahwa pola asuh sangat menentukan perkembangan kepribadian anak (Markum, 2002).
Dalam penelitian ini di batasi oleh pengertian perkembangan dan tahap-tahap perkembangan bayi 0-1 tahun .
Di kelurahan Tanjung Raya terdapat 7 dari 12 primipara yang memiliki bayi 0-1 tahun. Lebih memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja dan mereka beranggapan bahwa bila anaknya dapat berjalan sebelum waktunya maka nantinya anak itu akan pintar. Selain itu juga ada anggapan bahwa anak yang retardasi mental ditandai dengan luka muka yang khas.

1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang pengertian perkembangan bayi masih rendah.
1.2.2 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang tahap perilaku sosial bayi masih rendah.
1.2.3 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi masih rendah.
1.2.4 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang perkembangan kemampuan bahasa bayi masih rendah.
1.2.5 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang perkembangan kemampuan motorik bayi masih rendah.

1.3 Perumusan Masalah
Dari hasil pra survey tentang pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya masih rendah.

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.2 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur Bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.3 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.4 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.5 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka penulis menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei 2006

1.5.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun
b. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun
c. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun
d. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun
e. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun

1.6 Manfaat penelitian
1.6.1 Untuk tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya Puskesmas dalam meningkatkan penyuluhan tentang perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.2 Untuk Institusi
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan perpustakaan
1.6.3 Untuk Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan karya ilmiah serta menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya mengenai perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.4 Untuk masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi mengenai pentingnya proses perkembangan bayi dalam aspek fisik, mental dan sosial, pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya posyandu.


1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : Pengetahuan primipara terhadap perkembangan
bayi 0-1 tahun
1.7.3 Subjek Penelitian : Ibu-ibu yang memiliki bayi 0-1 tahun di
Kelurahan Tanjung Raya
1.7.4 Lokasi Penelitian : Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung
Karang Timur.
1.7.5 Waktu Penelitian : April-Mei 2006
1.7.6 Alasan : Ibu-ibu kurang memahami perkembangan bayi
karena hanya memfokuskan pada kemampuan
motorik saja.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (1993) “Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu”. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, selanjutnya Notoatmodjo mengemukakan 6 tingkatan pengetahuan sebagai berikut :
a. Tahu (know)
Tahu artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipalajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami artinya menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil, yaitu penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis)
Artinya kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 1993).
2.2 Primipara
Primipara adalah wanita yang pernah hamil satu kali dan melahirkan anak yang dapat hidup (Hendra T Laksmana, 2000).
2.3 Perkembangan
2.3.1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh. Jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002). Sedangkan menurut Sulistijani dan Herlianti (2004) Perkembangan adalah proses pematangan fungsi organ tubuh. Menurut Suherman (2000), perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak oleh faktor lingkungan dan proses dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan. Sedangkan menurut Markum (2002) perkembangan adalah suatu proses yang teratur dan berurutan, yang dimulai dari beberapa hal sederhana dan terus berkembang menjadi semakin kompleks. Perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasukan dan belajar (Monks, 2004).

2.3.2 Pembagian Perkembangan
Menurut Widyastuti dan Widyani ( 2004 ) perkembangan dibagi menjadi :
2.3.2.1 Perkembangan Perilaku Sosial
Pada bulan-bulan pertama , kontak bayi dengan dunia Luar tidak terlalu dominan. Bayi merasa nyaman dengan dunianya sendiri . Pada usia 1-2 bulan bayi akan tersenyum jika diajak bicara.
Setelah mencapai usia 3 bulan, bayi mulai menaruh perhatian pada dunia sekelilingnya. Bayi akan memutarkan kepalanya ke segala arah mencoba melakukan kegiatannya sendiri, dan menyukai apa yang bisa dilihatnya .
Pada usia 6 bulan perlahan bayi akan merasakan bahwa dirinya merupakan bagian yang terpisah dari orang tua yang selama ini memegang peranan penting dalam merawat dan mengasuhnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa perkembangan perilaku sosial mulai tumbuh. Bayi akan merasakan bermacam-macam perasaan dalam kehidupannya.

a. Perkembangan Perasaan
Perasaan merupakan suasana hati yang muncul akibat faktor-faktor tertentu. Tubuh yang sehat dan emosi yang seimbang akan terwujud jika seseorang memiliki kemampuan untuk mengelola perasaannya. Masa bayi merupakan masa yang paling cocok untuk mendidik cara-cara mengelola perasaan. Sebab, kondisi perasaan individu pada saat dewasa di tentukan oleh kondisi perasaannya sejak bayi.
Berbagai perasaan yang biasa dialami bayi, meliputi perasaan marah, takut, bahagia , Cinta, terkejut dan sedih.
 Marah
Bayi yang merasa marah akan bereaksi dengan cara menghisap jarinya, mengayunkan tubuh, membenturkan kepalanya, dan memeluk mainan untuk menghibur diri
 Takut
Pada saat takut, wajah bayi akan tampak pucat . tubuh berada dalam kondisi waspada untuk segera bertindak dan perhatian tertuju pada ancaman. Misalnya ketika ada orang yang asing baginya ingin menggendong, maka bayi akan mendekat pada sang ibu.
 Terkejut
Pada saat terkejut, alis mata bayi akan naik. Pada kondisi seperti ini bayi akan berusaha menampung informasi yang lebih banyak tentang peristiwa yang muncul secara mendadak (diluar dugaannya). Lambat laun bayi akan memahami apa yang terjadi dan akan menyusun tindakan yang sebaiknya dilakukan. Misalnya anak mendengar suara yang begitu keras atau melihat cahaya yang menyilaukan. Ia akan menunjukkan gerakan terkejut, lalu akan mengambil beberapa langkah seperti menangis keras-keras atau memeluk ibunya erat.
 Sedih
Pada saat sedih energi akan menurun sehingga proses metabolismepun akan menurun. Jika bayi yang berusia 0-5 bulan merasa sedih, ia akan menangis dan mendekat kepelukan orang tuanya untuk memperoleh rasa nyaman. Lain halnya dengan bayi yang berusia 6 bulan ke atas. Jika merasa sedih, perasaannya akan dicurahkan pada benda-benda yang dapat menghiburnya. Selain itu, bayipun akan mengisap jarinya untuk memperoleh ketentraman hati.
 Bahagia
Pada saat bahagia, otak akan menghambat perasaan negatif dan energi pun akan meningkat sehingga rasa ketenanganpun akan muncul serta seluruh tubuh dalam kondisi istirahat. Kondisi bayi pada saat bahagia hampir sama dengan ekspresi wajah orang dewasa, tetapi lebih tegas . Misalnya tertawa lebih terkekeh- kekeh, wajahnya sangat berseri-seri atau menjerit-jerit kegirangan. Dalam kondisi bahagia anak akan berjuang untuk lebih meningkatkan berbagai kemampuannya baik di bidang motorik, emosional, sosial, maupun kemampuan bahasa. Misalnya anak bertemu dengan ibu/ayahnya yang baru datang akan menunjukkan reaksi wajah berseri-seri (emosional), suara tertawa gembira (bahasa), gerak tubuh lebih aktif (motorik), dan akan memamerkan kemampuan bermainnya dengan permainannya yang baru.
 Cinta
Pada saat perasaan cinta muncul terjadi ketenangan dan kepuasaan sehingga mempermudah kerjasama. Kondisi bayi yang dipenuhi dengan cinta akan mudah menerima orang lain yang mencintainya (kerjasama berbagi cinta) dibandingkan dengan bayi yang kekurangan cinta kasih. Bayi yang kekurangan cinta kasih cenderung curiga pada orang lain dan sulit diajak kerjasama berbagi perhatian sehingga ia hanya percaya pada sedikit orang saja (hanya ibunya/pengasuhnya saja). Bayi yang penuh cinta akan dapat menerima banyak orang (keluarga, tetangga, atau rekan-rekan kerja orang tuanya) dengan rasa aman.



b. Belajar mandiri
Pada usia 6 bulan, bayi mulai merasakan bahwa dirinya merupakan individu yang terpisah dari orang tuanya. Mereka akan gelisah dan berusaha melepaskan diri dari pelukan dan gendongan ibunya. Mereka akan memaksa untuk mengambil mainannya sendiri atau merebut mainan dari tangan ayah atau ibunya. Pada usia 6 bulan ini. Bayi akan menuntut kebebasan , baik kebebasan fisik maupun emosionalnya.
Salah satu aktivitas yang menunjukkan anak mulai mandiri adalah bermain. Bermain merupakan alat yang dapat merangsang daya pikir dan daya khayal anak.

c. Belajar Bergaul
Bermain akan mendidik anak tentang dunianya sendiri. Untuk melatih anak agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya maka orang tua harus mendidik anak untuk belajar bergaul dengan teman bermainnya. Anak yang menyadari bahwa ada pribadi lain selain dirinya menunjukkan bahwa anak tersebut memahami kebutuhan orang lain.
Pada kenyataannya, perkembangan pada setiap periode pertumbuhan akan berpengaruh terhadap tingkah laku sosial dimasa mendatang.
1. Bermain dengan orang tua sangat menetukan kemampuan sosial.
Orang tua seharusnya ramah dan penuh kasih sayang , memberi fasilitas untuk meningkatkan kreativitas anak serta pandai menciptakan suasana yang kondusif bagi anak untuk belajar menerima kehadiran orang lain. Sebaliknya orang tua yang dingin dan tidak perduli, anaknya akan tumbuh bersifat asosial (tidak suka dan selalu curiga pada orang lain) hal ini sudah nampak pada anak usia 1 tahun. Dengan ditandai dia tidak mau digendong orang lain selain orang yang biasa mengasuhnya.
2. Bergaul dengan teman sebaya memberi motivasi untuk meningkatkan kemampuan sosial anak
Anak yang dibiasakan bergaul dengan teman sebayanya akan dapat melakukan penyesuaian sosial secara baik dan akan memiliki dasar untuk meraih keberhasilan pada masa dewasa. Anak akan menyadari bahwa banyak anak-anak lain disekitarnya sehingga terjadi kontak sosial dengan anak-anak lain.
3 Hubungan dengan orang tua dan guru akan menentukan kematangan sosial anak
Pertama, karena pola perilaku dan sikap yang dibentuk pada masa awal kehidupan cenderung menetap. Kedua , jenis penyesuaian sosial yang dilakukan anak meninggalkan ciri pada konsep diri mereka.
d. Proses Sosialisasi
Pada prinsipnya bayi dilahirkan tidak mengenal istilah sosial, antisosial, atau unsosial, meskipun secara tradisi bahwa bayi yang dilahirkan oleh orang tua kriminal akan dikenal dengan bayi berdarah kotor (bad blood).
Anak akan tumbuh secara sosial dengan cepat. Kemudian anak mencapai titik tetap tergantung dari kekuatan motivasinya untuk bersosialisasi.
2.3.2.2 Perkembangan Kecerdasan Emosional
Perkembangan kecerdasan emosional pada dasarnya dipengaruhi oleh pengalaman hidup. Kebutuhan emosional dan lahiriah bayi masih sangat tergantung pada lingkungan sekitarnya. Artinya, perkembangan kecerdasan emosional bayi sangat ditentukan oleh lingkungannya. Perkembangan kecerdasan emosional bayi usia 0-1 bulan ditentukan pula oleh pola makan dan tidurnya. Bayi dapat menentukan kebutuhan makannya sendiri. Jika kebutuhan makannya telah terpenuhi, bayi akan tertidur. Sebaliknya jika kebutuhan makanannya kurang bayi akan menangis. Kondisi ini sangat beralasan karena makan merupakan puncak pemenuhan kebutuhan emosional bayi.
Pada dasarnya bayi sudah memiliki kemampuan untuk berpikir. Kemampuan berpikir terjadi saat berusia 3 bulan. Bayi yang menangis jika lapar dan tertidur jika merasa kenyang merupakan bukti bahwa bayi telah memiliki pola untuk berpikir. Bayi yang diberi ASI secara bebas terserah pada kemauannya akan memperoleh ketenangan yang lebih mendalam dibandingkan dengan bayi yang diberi susu botol . Pada awal kehidupannya biasanya bayi akan minum ASI setiap 2 jam sekali. Untuk membentuk anak lebih cerdas, para ibu yang sibuk bekerja dan harus menyusui dianjurkan untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada buah hatinya yaitu selama 4-6 bulan.
Pola tidur bayi berbeda-beda. Namun, kebutuhan tidur bayi yang baru lahir sangat banyak. Setiap 3 jam sekali bayi akan terjaga untuk minum. Bayi akan tidur di malam hari sedangkan disiang harinya akan terjaga. Pada usia 6 bulan bayi akan tertidur sejenak di pagi hari. Sedangkan disiang hari akan terjaga . Pada malam hari bayi tertidur pulas dan akan terjaga menjelang subuh untuk menyusui. Pada usia 1 tahun, bayi akan tidur sepanjang malam kira-kira 10-12 jam dan tidur siang sekali saja. Tercukupinya kebutuhan tidur bagi bayi akan menunjang perkembangan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional bayi akan berpengaruh pada kepribadiannya. Kepribadian bayi akan tumbuh, jika bayi telah memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru .
Bayi yang cukup mendapat perhatian orang tua akan tumbuh menjadi individu yang memiliki kecerdasan emosional yang cukup tinggi. Sebaliknya, bayi yang kurang mendapat perhatian orang tua akan tumbuh menjadi manusia yang agresif, selalu cemas, tidak berperasaan, dan selalu menarik diri dari lingkungannya .

2.3.2.3 Perkembangan Kemampuan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan hasil kombinasi seluruh sistem perkembangan anak, dan terjadi secara bertahap karena kemampuan bahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem yang lain. Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional dan sosial.
Seperti kemampuan motorik, kemampuan bayi untuk berbahasa terjadi secara bertahap, sesuai perkembangan usianya .
- Pada usia 0-12 bulan bayi sudah memiliki kemampuan menggunakan bahasa tubuhnya untuk mengungkapkan atau menerima hubungan dengan orang lain. Sentuhan lembut penuh kasih sayang dari ibu akan dirasakan nyaman oleh bayi. Sebaliknya sentuhan kasar akan dirasakan tidak nyaman oleh bayi.
- Pada usia 3 bulan , bayi sudah memiliki kemampuan vokalnya . Bayi sudah tersenyum dan mengeluarkan suara. Pada usia ini, biasanya bunyi yang keluar pada mulut bayi adalah “eeee” .
- Pada usia 4 bulan bayi dapat berbicara menggunakan suara tenggorokan yang berbunyi “rrrr”
- Pada usia 5 bulan bayi sudah bisa tertawa dan bergumam “wwww” bahkan diusia 4 – 5 bulan bayi sudah bisa diajak berjenaka yang mengundang tawa.
- Pada usia 6 bulan bayi sudah dapat merangkai kata berupa suara yang bersambungan dan ocehan, seperti suara “ ge-ge-ge- atau da-da-da”
- Pada usia 7-8 bulan bayi dapat mengeluarkan kata-kata sederhana seperti mama, papa, dan hehe. Selain itu bayi sudah gemar mengoceh.
- Pada usia 9 bulan bayi sudah mengenal kata dan pengetahuan bahasa yang dimilikinya mulai beraneka ragam. Bayi mulai mengerti kata-kata sederhana dan perintah.
- Pada usia 10 bulan bayi dapat menghubungkan kata-kata dan gerakan dan mampu mengulangi kata-kata atau suara yang sama
- Pada usia 11 – 12 bulan ocehan bayi mulai berisi kata-kata yang berarti dan mulai dapat berkomunikasi menggunakan bahasa yang sesungguhnya.








Tabel 2.1
Perkembangan kemampuan bicara dan bahasa yang normal
pada anak usia 0-1 tahun.

Umur (Bulan) Bahasa Reseptif
(bahasa pasif) Bahasa Ekspesis (bahasa aktif)
1 Kegiatan anak terhenti akibat suara Vokalisasi yang masih sembarang, terutama huruf hidup.
2 Tampak mendengarkan ucapan pembicara, dapat tersenyum dengan pembicara. Tanda-tanda vokal yang menunjukan perasaan senang, tersenyum.
3 Melihat kearah pembicara Tersenyum sebagai jawaban terhadap pembicara
4 Memberi tanggapan yang berbeda terhadap suara bernada marah atau senang. Jawaban vokal terhadap rangsangan
5 Bereaksi tehadap panggilan namanya. Mulai meniru suara
6 Mulai mengenal kata-kata “dada”, “papa”, “mama”. Protes vokal, berteriak karena kegirangan.
7 Bereaksi dengan kata-kata naik, kemari, dada. Mulai menggunakan suara mirip kata-kata kacau
8 Menghentikan kegiatan apabila namanya dipanggil. Menirukan rangkaian suara
9 Menghentikan kegiatan apabila dilarang Menirukan rangkaian suara
10 Secara tepat menirukan variasi suara tinggi Kata-kata pertama mulai muncul
11 Reaksi atas pertanyaan sederhana dengan melihat atau menoleh Kata-kata kacau mulai dapat dimengerti dengan baik
12 Reaksi dengan melakukan gerak terhadap berbagai pertanyaan verbal. Mengungkapkan kesadaran tentang objek yang telah akrab dan menyebut namanya.

2.3.2.4 Perkembangan Kemampuan Motorik
Kemampuan motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan, kemampuan motorik diawali dengan koordinasi tubuh, duduk, merangkak, berdiri, dan diakhiri dengan berjalan. Kemampuan gerak ditentukan oleh perkembangan kekuatan otot, tulang, dan koordinasi otak untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Perkembangan kemampuan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmani yang terkoordinasi antar pusat syaraf, urat syaraf dan otot. Perkembangan tersebut diawali dengan gerak reflek sesaat setelah lahir yang akan berubah menjadi gerakan yang disadari. Gerak refleks setelah lahir diperlukan untuk bertahan hidup seperti mengisap, menelan, berkedip, merenggutkan lutut, menggenggam ibu jari kaki dan menggenggam tangan. Gerakan reflek yang berkurang berguna seperti reflek menggenggam ibu jari kaki dan menggenggam ibu jari tangan secara bertahap akan berkurang dan menghilang sebelum usia 1 tahun karena otak kecil (cerebellum) yang mengendalikan keseimbangan berkembang dengan cepat selama setahun awal kehidupan bayi.
A. Koordinasi Tubuh.
Koordinasi antara kemampuan meraba, melihat, dan mendengar terjadi secara bertahap.
Saat usia lahir sampai satu bulan, kedua tangan bayi masih mengepal
- Usia 2 bulan, kepalan tangan bayi sudah mulai membuka
- Usia 3 bulan, bayi sudah memiliki kemampuan untuk memegang benda
- Usia 4 bulan, bayi sudah dapat bermain dengan kedua tangannya.
- Usia 5 bulan, mulai terbentuk koordinasi antara tangan dengan kemampuan melihat (optik). Pada usia, bayi sudah mampu mengarahkan tangannya ke arah benda dan memiliki keinginan untuk menjangkaunya.
- Usia 6 bulan bayi sudah mampu memindahkan dan memegang mainan dengan seluruh telapak tangannya .
- Usia 7 bulan, bayi sudah dapat memegang benda dengan kedua telapak tangannya.
- Usia 9 bulan , bayi gemar melemparkan mainannya.
- Usia 10-11 bulan, koordinasi antara jari tangan mulai tampak. Bayi mampu menjepit mainan dengan salah satu tangannya.
- Usia 12 bulan, bayi mampu meletakkan benda ke tangan orang lain.

B. Duduk
Kemampuan bayi untuk dapat duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan terjadi pada usia yang sangat bervariasi dibandingkan dengan kemampuan koordinasi. Hal ini tergantung pada temperamen dan berat badan bayi. Kemampuan bayi yang gemuk cenderung lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang ukuran tubuhnya normal.
Untuk duduk, bayi memerlukan latihan kekuatan kepala, leher, bahu, dada, dan tubuh. Bayi usia 0-3 bulan , belum mampu untuk mengangkat kepalanya. Kemampuan mengangkat kepala dan bahu terjadi pada usia bayi 4-6 bulan dalam posisi tengkurap.
Untuk duduk , bayi memerlukan latihan dan kekuatan kepala, leher, bahu, dada, dan tubuh. Bayi usia 0-3 bulan, belum mampu untuk mengangkat kepalanya. Kemampuan mengangkat kepala dan bahu terjadi pada usia 4-6 bulan dalam posisi tengkurap.
Seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan bayi untuk duduk pada posisi yang lebih sempurna semakin berkembang. Pada usia 6 bulan, bayi sangat senang jika tubuhnya di tarik untuk didudukkan. Pada usia 7 bulan, bayi telah memiliki kemampuan memainkan kakinya. Pada usia 8-9 bulan, bayi mulai belajar mengangkat badan untuk duduk dan sudah mampu duduk dengan bantuan orang lain. Pada usia 10 bulan, bayi sudah mampu duduk karena leher, bahu dan tubuh bayi semakin kuat. Bayi sudah memiliki kemampuan untuk menguasai kepala dan bagian dadanya dengan mantap. Pada usia 11 bulan, bayi sudah mampu duduk bebas dengan keseimbangan yang mantap. Pada usia 12 bulan, bayi telah duduk dengan sempurna.
C. Merangkak
Refleks adalah gerakan naluri dibawah sadar yang akan berubah menjadi gerakan sadar pada saat bayi berusia 3 bulan.
Reflek melangkah akan mengawali gerakan merangkak pada bayi. Merangkak merupakan gerakan yang rumit bagi bayi karena memerlukan tenaga dan keseimbangan. Merangkak baru dapat dilakukan jika otot-otot untuk mengangkat kepala sudah kuat dan mampu menopang berat badan dalam keadaan tangan menelungkup di bawah perut. Merangkak baru dapat dilakukan bayi pada usia 8 bulan. Namun, ada kemungkinan beberapa bayi tidak pernah belajar merangkak, tetapi hanya belajar duduk, berdir, dan akhirnya berjalan.
Kemampuan bayi untuk dapat merangkak semakin sempurna dengan bertambahnya usia. Berikut ini diuraikan tentang tahap-tahap kemampuan bayi untuk dapat merangkak secara sempurna. Pada usia 9 bulan, bayi mulai dapat merayap. Pada usia 10 bulan, bayi mampu mengayunkan tangan dan lututnya. Kondisi seperti ini merupakan gerakan awal untuk merangkak maju. Pada usia 11 bulan, bayi mulai mampu merangkak dengan kedua tangan dan kedua kakinya. Pada usia 12 bulan, bayi sudah mampu merangkak secara sempurna.
D. Berjalan
Kemampuan bayi untuk dapat berjalan ditentukan oleh semangat dan keberanian bayi serta peran lingkungan sekitarnya. Seperti kemampuan merangkak, kemampuan bayi untuk dapat berjalan mengalami proses. Usia 0-4 bulan, bayi belum mampu berjalan. Namun jika bayi bisa diberdirikan, secara langsung akan mengambil posisi berjalan. Usia 5-6 bulan, bayi akan mengambil alih keseimbangan jika diberdirikan. Artinya ia akan mencoba untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sendiri sejalan dengan matangnya mekanisme urat syaraf sehingga gerakan yang dikendalikan lebih banyak dan lebih baik. Terutama di daerah batang tubuh. Kemudian ke daerah kaki. Perkembangan motorik diteruskan dari sendi, utama ke sendi yang lebih kecil (secara proximodistal) dalam menjangkau suatu benda. Bayi akan menggunakan bahu dan sikunya sebelum menggunakan pergelangan dan jari tangan. Usia 7-8 bulan, bayi akan merasa senang jika kedua lengannya dipegang dan akan berjalan melonjak-lonjak jika diberdirikan. Adat Jawa akan mengabadikan kondisi ini dengan upacara turun tanah (mudun lemah). Usia 11 bulan, bayi sangat senang belajar dengan cara dititah (kedua tangannya dipegang). Usia 12 bulan atau lebih, bayi sudah memiliki keinginan untuk belajar melangkah sendiri tanpa bantuan orang lain. Bayi akan melangkah dari satu orang ke orang lain dengan penuh keceriaan. Pada awalnya, telapak kaki bayi tampak datar. Ketika bayi mulai belajar berdiri dan berjalan, otot-otot kaki akan terlatih dan membentuk lengkungan kaki. Harus diperhatikan bahwa kemampuan berjalan dapat dilakukan bayi jika otot-otot, syaraf, dan tulang telah kuat sempurna. Dalam hal ini, orang tua jangan memaksakan kemampuan bayi untuk dapat berjalan jika fungsi otot-otot, syaraf, dan tulang belum tumbuh dan berkembang secara sempurna. Jika orang tua memaksakan agar anaknya dapat berjalan dengan segera maka kemungkinan munculnya gangguan fisik dapat terjadi.








BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2002) dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut maka di kembangkan suatu “Kerangka Konsep Penelitian“. Dalam penelitian ini pengetahuan terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun merupakan variabel yang akan diteliti. Pengetahuan terhadap perkembangan bayi 0 1 tahun antara lain pengetahuan tentang pengertian perkembangan dan tahap-tahap perkembangan yang meliputi perkembangan perilaku sosial, kecerdasan emosional, kemampuan bahasa dan kemampuan motorik. Selain dari pengetahuan perkembangan, ibu juga mengetahui tentang pertumbuhan bayi, akan tetapi dalam hal pertumbuhan bayi peneliti tidak melakukan penelitian.





















3.2 Definisi Operasional Variabel
Menurut Notoatmodjo (2002), untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel di amati atau di teliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut di beri batasan definisi operasional ini juga pemanfaatan untuk mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur). Adapun dalam penelitian ini, variabel yang akan didefinisikan secara operasional dapat dijelaskan sebagai berikut :



Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1







2










3













4







5










6








Pengetahuan ibu tentang Perkembangan bayi 0-1 tahun




Pengertian perkembangan










Tahap-tahap perkembangan perilaku sosial











Tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional




Tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa







Tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik Hasil tahu dan ini terjadi setelah ibu melakukan pengindraan terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun.

Perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang berlangsung secara bertahap dan berurutan dimulai dari hal-hal yang kecil/sederhana kemudian menjadi semakin besar/ kompleks

Suatu tahap dimana bayi melalui beradaptasi dengan lingkungannya diantaranya :
- Perkembangan perasaan meliputi perasaan (marah, takut, terkejut, sedih, bahagia, cinta)
- Belajar mandiri, belajar bergaul.

Suatu tahap dalam membentuk keperibadian yang dipengaruhi oleh lingkungan, pola makan dan tidur serta orang tua

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan umur




Kemampuan untuk melakukan gerakan yang dilakukan secara bertahap dimulai dari tahap koordinasi tubuh, duduk, merangka berdiri dan diakhiri dengan berjalan







Angket











Angket













Angket







Angket










Angket
















Kuesioner











Kuesioner













Kuesioner







Kuesioner










Kuesioner
















Baik = >0,37
Kurang = <0.37










Baik = >4,3
Kurang = <4,3












Baik = >1,56
Kurang = <1,56






Baik = >0,58
Kurang = <0,58









Baik = >2.14
Kurang = <2.14







Nominal











Nominal













Nominal







Nominal










Nominal














BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002).

4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Tanjung Raya. Adapun alasan memilih lokasi tersebut adalah belum adanya penelitian tentang pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur.

4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2002), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah ibu yang memiliki bayi 0-1 tahun yang berada di Kelurahan Tanjung Raya berjumlah 43 orang.



4.3.2 Sampel
Sample adalah sebagian yang diambil dan keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo (2002). Menurut Arikunto (2002) menyatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Berdasarkan besar populasi maka sampel diambil semua dari jumlah populasi yang diteliti sebanyak 43 orang ibu yang memiliki bayi, jadi jumlah sampelnya sebanyak 43 orang.

4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuisioner, formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian angket yang berisi kuisioner. Menurut Arikunto (2002) alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang terdiri dari 20 pertanyaan, masing-masing terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu a, b, c dan d. jika jawaban benar mendapat nilai 1, jika salah mendapat nilai 0.
4.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data melalui angket, langkah-langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data meliputi :
4.5.1 Langkah Persiapan
Dalam langkah persiapan ini berisikan beberapa kegiatan meliputi :
a. Menentukan sasaran atau populasi
b. Menetapkan jumlah sample
c. Menentukan waktu pengamatan data
4.5.2 Langkah Pelaksanaan
a. Menyerahkan surat izin untuk penelitian untuk melakukan penelitian di wilayah kerja
b. Menggunakan kuisioner untuk pengumpulan data.

4.6 Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh atau diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut :
4.6.1 Editing
Memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang telah diisi yang dikembalikan oleh responden.
4.6.2 Coding
Kegiatan memproses data dengan memberikan skor terhadap item-item dengan ketentuan yaitu skor 1 bila jawaban benar, skor 0 bila jawaban salah atau tidak diisi.
4.6.3 Tabulating
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.


4.7 Tehnik Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


Keterangan :
= means (rata-rata)
= Epsilon (baca jumlah)
Xi = Nilai Xi sampai ke-n
n = jumlah individu (Sugiono, 2005)

Sedangkan penekanan kategori penilaian sebagai berikut :
a. Baik apabila skor responden di atas skor rata-rata
b. Kurang apabila skor responden di bawah skor rata-rata
Untuk menghitung distribusi frekuensi digunakan rumus:


Keterangan:
P : Persentase
f = frekuensi
N =
jumlah subjek (Burhan Bungin, 2001).
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Sejarah Singkat Kelurahan Tanjung Raya
Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur kota Bandar Lampung sejak terbentuknya kelurahan Tanjung Raya pada tahun 1988 yang awal mulanya menjadi satu dengan kelurahan Tanjung Gading. Adapun nama pejabat yang memimpin sebagai kepala kelurahan Tanjung Raya sebagai berikut :
1. Tahun 1988 s/d 1991 : Bapak Zairin Hidayat, BBA
2. Tahun 1991 s/d 1992 : Bapak Ujang Syofyan (pjs Lurah)
3. Tahun 1992 s/d 1995 : Bapak Alkok Joharmain, BA
4. Tahun 1995 s/d 1997 : Bapak Junaidi, BA
5. Tahun 1997 s/d 1998 : Bapak Ujang Syofyan
6. Tahun 1998 s/d 2005 : Bapak Hi. Khalas
7. Tahun 2005 s/d sekarang : Bapak Afiansyah Noor, SH.









5.1.2 Struktur Organisasi Tata Kerja Pemerintahan Kelurahan Tanjung Raya















STAF STAF STAF

5.1.3 Geografis
5.1.3.1 Luas Wilayah
Kelurahan Tanjung Raya terletak di Kecamatan Tanjung Karang Timur kota Bandar Lampung denga luas wilayah kelurahan 97 ha. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Tanjung Raya adalah sebagai berikut.
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kedamaian dan Kota Baru
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pahoman.
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Rawa Laut.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Gading.
5.1.3.2 Keadaan Tanah
Keadaan tanah Kelurahan Tanjung raya terdiri dari dataran yang telah diaspal dan dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat dan beroda dua, dengan 97 Ha digunakan sebagai daerah pemukiman.

5.1.4 Demografi
Penduduk Kelurahan Tanjung Raya berjumlah 6.735 jiwa yang terdiri dari 1308 KK dengan jumlah laki-laki 3400 jiwa dan perempuan 3335 jiwa. Sedangkan agama yang dianut penduduk Kelurahan Tanjung Raya adalah mayoritas beragama islam yaitu 90,27 %. Sedangkan yang lainnya beragama kristen, hindu dan budha.

5.1.5 Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana Kesehatan
1. SDM
* Dokter Umum : 5 orang
* Bidan : 3 orang
* Perawat : 2 orang
2. Sarana dan Prasarana
* RB : -
* BPS : 2 orang
* Posyandu : 6 buah
* Puskesmas : 1 buah
* Puskesmas Pembantu : 1 buah



5.2 Karakteristik Responden
a. Identitas Responden Menurut Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian jumlah responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5 dan diagram 1, sebagai berikut :

Tabel 5. Responden Menurut Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi %
1
2
3
4 Akademi
SMA
SMP
SD 4
15
14
10 9,3
34,9
32,6
23,2
JUMLAH 43 100

Sumber : Data Primer








Diagram 1. Responden Menurut Pendidikan

Berdasarkan tabel dan diagram pie diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 4 responden (9,3%) berpendidikkan akademi, 15 responden (34.9%) berpendidikan SMA, 14 responden (32.6%) berpendidikan SMP, dan 10 responden (23.2%) berpendidikan SD.
b. Identitas Responden Menurut Pekerjaan
Jumlah Responden menurut pekerjaan dapat dilihat pada tabel 6 dan diagram 2 sebagai berikut :

E. Tabel 6. Responden Menurut Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi %
1
2 Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta 40
3 93
7
Jumlah 43 100
Sumber : data primer









Berdasarkan tabel dan diagram pie diatas, dapat diketahui terdapat 40 responden sebagai ibu rumah tangga (93%), 3 responden sebagai wiraswasta (7 %).

5.3 Hasil Penelitian
Setelah kuesioner dikumpulkan dan diolah, maka didapat data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi yang menggambarkan pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0 – 1 tahun dikelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P = a x 100 % keterangan : P = Prosentase
b a = Jumlah pertanyaan yang benar
b = Jumlah seluruh pertanyaan

5.3.1 Pengetahuan Primipara Terhadap Pengertian Perkembangan Bayi 0 – 1 tahun

Tabel 5.3.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Primipara Terhadap
Perkembangan Bayi 0 – 1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya
Kecamatan Tanjung Karang Timur Bulan April – Mei 2006
No Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Baik 16 37,20 %
2 Tidak Baik 27 62,80 %
Jumlah 43 100 %
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006
Intrepretasi data :
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan primipara terhadap

Perkembangan bayi 0 – 1 tahun yang baik sebesar 37, 20 %

5.3.2 Pengetahuan Primipara Terhadap Tahap-tahap Perkembangan Prilaku Sosial Bayi 0 – 1 tahun

Tabel 5.3.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Primipara
Terhadap Tahap-tahap Perkembangan Prilaku Sosial bayi 0 – 1 tahun
Dikelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur
Bulan April – Mei 2006

No Kategori Pengetahuan Jumlah %
1 Baik 3 7 %
2 Cukup 31 72 %
3 Kurang 9 21 %
Jumlah 43 100 %
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

Interpretasi Data :
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa 70 % primipara berpengetahuan baik
tentang tahap-tahap perkembangan prilaku sosial bayi 0 – 1 tahun

5.3.3 Pengetahuan Primipara Terhadap Tahap-tahap Perkembangan Kecerdasan Emosional Bayi 0 – 1 tahun.

Tabel 5.3.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan PrimiparaTerhadap
Tahap-tahap Perkembangan Kecerdasan Emosional Bayi 0–1 tahun
Dikelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur
Bulan April – Mei 2006

No Kategori Pengetahuan Jumlah %
1 Cukup 7 16,3 %
2 Kurang Baik 17 39,5 %
3 Tidak Baik 19 44,2 %
Jumlah 43 100 %
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

Interpretasi data :
Pada tebel diatas menunukkan bahwa pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0 – 1 tahun yang berpengetahuan cukup sebesar 16,3 %

5.3.4 Pengetahuan Primipara Terhadap Tahap-tahap Perkembangan Kemampuan Bahasa Bayi 0 – 1 tahun
Tabel 5.3.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan PrimiparaTerhadap
Tahap-tahap Prekembangan Kemampuan Bahasa Bayi 0 – 1 tahun
Dikelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur
Bulan April – Mei 2006

No Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Kurang Baik 3 7 %
2 Tidak Baik 40 93 %
Jumlah 43 100 %
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

Interpretasi data :
Dilihat dari tabel di atas bahwa 7 % primipara berpengetahuan baik terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0 -–1 tahun








5.3.5 Pengetahuan Primipara Terhadap Tahap-tahap Perkembangan Kemampuan Motorik Bayi 0 – 1 tahun.

Tabel 5.3.5
Distribusi Pengetahuan Primipara Terhadap Tahap-tahap Perkembangan Kemampuan Motorik Bayi 0 – 1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur
Bulan April – Mei 2006

No Kategori Pengetahuan Jumlah %
1 Baik 1 2,3 %
2 Cukup 14 32,6 %
3 Kurang Baik 20 46,5 %
4 Tidak Baik 8 18,6 %
Jumlah 43 100 %
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2006

Interpretasi data :
Dilihat dari tabel diatas bahwa 2,3 % primipara berpengetahuan baik terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0 – 1 tahun







Kisi – kisi Pertanyaan :
1. Pertanyaan tentang pengetahuan primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0 – 1 tahun dikelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April – Mei 2006 dapat dilihat pada pertanyaan nomor 1.
2. Pertanyaan tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan prilaku sosial bayi 0 – 1 tahun dikelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April – Mei 2006 dapat dilihat pada pertanyaan nomor 2 - 8.
3. Pertanyaan tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0 – 1 tahun dikelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April – Mei 2006 dapat dilihat pada pertanyaan nomor 9 – 12.
4. Pertanyaan tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0 – 1 tahun dikelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April – Mei 2006 dapat dilihat pada pertanyaan nomor 13 – 16.
5. Pertanyaan tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0 – 1 tahun dikelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April – Mei 2006 dapat dilihat pada pertanyaan nomor 17 – 20.



Tabel 7. Distribusi Frekwensi Pengetahuan Primipara terhadap
perkembangan bayi 0 – 1 th di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan
Tanjung Karang Timur bulan April – Mei 2006.

No Kategori Pengetahuan Frekwensi %
1
2
3
4
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Jumlah 0
3
33
7
43 0
7
77
16
100
Dilihat dari tabel diatas, diketahui bahwa dari keseluruhan responden yang
berjumlah 43 orang ternyata yang memiliki pengetahuan baik tentang
perkembangan bayi 0 – 1 th tidak ada (0 %), memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 orang ( 7 % ), memiliki pengetahuan kurang sebanyak 33 orang (77 %) dan memiliki pengetahuan kurang sekali sebanyak 7 orang (16 %), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini.





Secara keseluruhan pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0 – 1 di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur termasuk dalam kategori kurang yaitu sebesar 77 %.



















BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden

Dari penelitian yang dilakukan, maka berdasarkan identitas responden menurut tingkat pendidikan didapatkan 4 responden (9,3 %) berpendidikan akademi, 15 responden (34,9 %) berpendidikan SMA, 14 responden (32,6 %) berpendidikan SMP, dan 10 responden (23,2 %) berpendidikan SD. Berdasarkan jenis pekerjaan terdapat 40 responden (93 %) sebagai ibu rumah tangga dan 3 responden (7 %) wiraswasta.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sarwono (1997) “ golongan yang paling cepat menarik ide baru/perubahan ialah golongan inovator (Pelopor) yang biasanya terdiri dari kelompok yang terpelajar, berpikir maju, lebih banyak berkomunikasi dan berhubungan dengan kehidupan moderen, lebih terbuka atau berani bertindak yang belum tentu di terima oleh masyarakat “. dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan cara berfikir lebih baik sehingga dapat mempengaruhi sikap orang tersebut dalam menilai suatu objek. Pengaruh ibu yang bekerja pada hubungan ibu – anak sebagian besar tergantung pada usia anak pada waktu ibu mulai bekerja ( Hurlock, 2002 )

6.2 Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0 – 1 th dikelurahan Tanjung Raya.
Pada penelitian ini ditanyakan hal-hal yang menyangkut pengetahuan tentang perkembangan bayi 0 – 1 tahun. Untuk menilai aspek pengetahuan, maka diberikan pertanyaan mengenai pengertian perkembangan, tahap-tahap perkembangan prilaku sosial, tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional, tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik, tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa.

Dari keseluruhan hasil penelitian mengenai pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0 – 1 tahun diketahui dikelurahan Tanjung Raya didapatkan yang berpengetahuan baik tidak ada, cukup sekitar 7 %, kurang 77 %, kurang sekali 16 %. Dari jumlah diatas dapat dilihat pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0 – 1 tahun dikelurahan Tanjung Raya adalah kurang, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu primipara tentang perkembangan bayi di pengaruhi oleh kurangnya informasi dari tenaga kesehatan dan kurangnya kesadaran ibu sendiri dalam memperhatikan perkembangan anaknya. Informasi termasuk pengetahuan yang merupakan dominan kognitif dimana sangat penting bagi terjadinya perubahan prilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2002 ).


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur tentang gambaran pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0 – 1 tahun, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu dari keseluruhan responden yang berjumlah 43 orang ternyata yang memiliki pengetahuan baik tidak ada (0 %), memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (7 %), memiliki pengetahuan kurang sebanyak 33 orang ( 77 %) dan memiliki pengetahuan kurang sekali sebanyak 7 orang ( 16 %), dan secara keseluruhan pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0 – 1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan april – mei 2006 termasuk kategori kurang dengan jumlah presentase 77 %.
7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian , maka penulis mengajukan saran kepada :
7.2.1 Untuk Tempat penelitian
Diharapkan agar dapat mengadakan kerjasama dengan sektor kesehatan untuk memberikan pengetahuan dan materi tentang perkembangan bayi 0 – 1 tahun.
7.2.2 Untuk Institusi
Diharapkan agar dalam melaksanakan PKL Mahasiswa dapat memberikan penyuluhan.
7.2.3 Untuk Para Peneliti
Sebagai bahan masukan para peneliti berikutnya yang akan meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi.
7.2.4 Untuk Ibu yang Memiliki Bayi
Diharapkan agar para ibu dapat lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai perkembangan bayi sehingga dapat terdeteksi secara dini bila terjadi kelainan perkembangan pada anaknya.